Tampilkan postingan dengan label lombablog. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lombablog. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 Desember 2019

Pendidikan Tepat Sasaran, Wujudkan SDM Unggul, Indonesia Produktif

Kemajuan Ekonomi yang Berdaya Saing dan Berkeadilan Jadi Fokus Rapimnas Kadin Sumber Gambar: https://www.kadin.id/en/news-event/news-detail/642/kemajuan-ekonomi-yang-berdaya-saing-dan-berkeadilan-jadi-fokus-rapimnas-kadin

Otak sebagai sumber pikiran harus selalu terkoneksi dengan hati, hati yang bersih dan pikiran yang jernih akan hasilkan ide-ide besar yang mampu mengubah kehidupan.” Presiden Jokowi
Saat ini dunia global sudah memasuki era revolusi industri 4.0 (Industri Revolution 4.0/IR4.0) menghadirkan Cyber-Physical System, dimana industri mulai menerapkan otomasi mesin, artificial  intelligence (AI), blockchain, machine learning, robot, big data, dunia virtual, konektivitas/ informasi kecepatan tinggi yang lebih dikenal dengan Internet of Things (IoT). Perangkat-perangkat baru dan peranti lunak cerdas yang dihasilkan memunculkan bidang kerja baru, start up yang inovatif, dan bidang bisnis baru.
Era ini menghadirkan teknologi disruptif (disruptive technology) menggantikan peran manusia, dimana kita hidup di dunia nyata sekaligus di dunia digital. Belum lagi munculnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif dan kreatif, perubahan sosial, teknologi dan lingkungan juga telah menghasilkan model produksi massal.
Lantas, apakah sumber daya manusia Indonesia sudah siap dalam menghadapi disrupsi revolusi industri 4.0 ini? Apakah dunia pendidikan kita sudah mampu membentuk manusia Indonesia menjadi insan yang cerdas dan punya daya saing di kawasan regional maupun global dalam menghadapi era baru ini?
Tidak dapat kita pungkiri bahwa Indonesia telah merasakan dampak Industri 4.0, dimana sejumlah sektor industri nasional telah memasuki era tersebut, diantaranya industri semen, petrokimia, otomotif, serta makanan dan minuman. Sebagai contoh, indsutri otomotif, dalam proses produksinya, sudah menggunakan sistem robotik dan infrastruktur IoT.
Sehingga diramalkan disrupsi teknologi ini akan menjadikan sekitar 52,6 juta pekerjaan hilang, digantikan oleh otomasi dan mesin dalam lima tahun mendatang (International Labour Organization/ILO, McKinsey, 2017).
Sekitar 50,7% lulusan sekolah menengah tidak terserap dalam pasar kerja (BPS, 2018) apalagi Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi pada 2030, dimana persaingan kerja akan semakin ketat akibat usia produktif lebih banyak dari usia non-produktif, dan lulusan usia yang produktif banyak yang tidak kompeten.
Inilah yang menjadi masalah utama bangsa kita dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia yang unggul menuju Indonesia yang produktif. Sangat diharapkan disrupsi ini akan menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif dan kreatif. Dunia pendidikan kita diharapkan dapat mewujudkan link and match (keterkaitan dan kesepadanan) antara konten pendidikan dan kebutuhan industri.
Untuk mewujudkan keterkaitan dan kesepadanan ini, sudah sepatutnya antara Kemendikbud bekerjasama dengan Kadin dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang unggul, tentunya dengan program-program tepat sasaran, sehingga siswa/mahasiswa menjadi pembelajar seumur hidup, menjadi insan yang punya empati, kreatif, mampu berkomunikasi (punya keterampilan komunikasi interpersonal), dan bisa berkolaborasi atau bekerja dalam tim.
Karena faktanya, dunia industri kurang mengeluhkan karyawan yang kurang pengetahuan atau kemampuan teknis, tetapi lebih mengeluhkan karyawan yang kurang inisiatif, tak bisa bekerja dalam tim, tak percaya diri dalam mengambil keputusan, tidak komunikatif dalam mengutarakan ide, dan tidak disiplin menghargai waktu.
Untuk mendukung terwujudnya SDM unggul agar Indonesia produktif, Kadin Indonesia bersama dengan serikat pekerja dan dunia pendidikan menciptakan sebanyak-banyaknya “tenaga siap pakai” dengan kualifikasi internasional. Dan bersama dengan pengusaha kreatif, Kadin menciptakan sebanyak-banyaknya “inovasi dan teknologi siap pakai”, sehingga sangat diharapkan dengan kolaborasi ini maka jumlah pengangguran di tanah air bisa ditekan hingga se minimal mungkin berkat pendidikan dan pelatihan yang tepat guna.
Tidak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi yang luar biasa akan menciptakan bidang kerja yang belum terbayang di saat sekarang dan perlu diantisipasi agar para lulusan siap menghadapi jenis pekerjaan baru yang lebih menantang dan membutuhkan teknologi tinggi dan kemampuan inovasi.
Untuk itu Kemendikbud dan Kadin harus mampu berkolaborasi menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul karena punya komitmen belajar sepanjang hayat (long-life learning), serta memiliki soft skill dan etika. Sehingga Indonesia produktif memiliki sumber daya manusia yang tidak hanya bekerja di bidang industri, tetapi mampu juga menjadi wirausahawan sejati, sehingga pengangguran pun berkurang.

Kamis, 14 November 2019

Pembangunan Transportasi Unggul Pastikan Konektivitas Pemerataan Pembangunan Demi Indonesia Maju

Transportasi Unggul Adalah Jalan Menuju Indonesia Maju. Transportasi Darat, Laut, Udara Yang Tersedia Menjadi Modal Awal Konektivitas Bagi Indonesia Sebagai Negara Kepulauan

Siapa bilang pembangunan infrastruktur itu tidak penting? Fakta membuktikan bahwa dengan pembangunan infrastruktur jalan, bandara, bendungan, jembatan, pelabuhan kecil, pelabuhan besar, pembangkit listrik, serta saluran komunikasi, akan memberikan beribu manfaat bagi terbukanya ‘jalan’ perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, walau pelan tapi pasti.
Sejarah membuktikan dengan adanya pembangunan infrastruktur maka sebuah negara akan mengalami kemajuan yang pesat, karena mampu memperlancar urat nadi yang menjadi ciri khas daerah-derah tertentu akan ter-ekspose ke permukaan umum dan dikenal banyak orang setelah terbukanya jalur transportasi dan komunikasi.
Apalagi dengan wilayah geografis tanah air Indonesia yang terdiri dari wilayah-wilayah berbentuk kepulauan, mengharuskan pembangunan infrastruktur adalah prioritas utama untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta mengurangi disparitas dan kesejangan sosial.
Mungkin dari kita masih banyak yang tidak mengetahui berapa pulau yang dimiliki oleh Indonesia sehingga dikatakan sebagai negara kepulauan? Atau sehingga masih banyak yang berkata untuk apa kita membangun infrastruktur? Apakah bisa makan hanya dari infrastruktur doank?
Jelas pembangunan infrastruktur adalah modal dan tujuan untuk mempersatukan nusantara dalam bingkai NKRI. Jika kita ingin negara kita aman, makmur, sejahtera, dan tetap menjunjung tinggi sila ke-3 Persatuan dan Kesatuan Indonesia? Maka Indonesia yang memiliki 17.504 pulai yang tersebar di 32 Provinsi (sebelum terjadi pemekaran Kalimantan Utara dan Sulawesi Barat), harus benar-benar diperhatikan pembangunan infrastrukturnya maupun kesejahteraan rakyatnya.
Menyadari akan pentingnya pembangunan infrastruktur sebagai pondasi yang kuat untuk melangkah menjadi negara maju, maka Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo yang kembali memenangi Pilpres 2019, masih akan tetap menggenjot pembangunan infrastruktur, terutama di luar pulau Jawa.
Dan dalam empat tahun terakhir semenjak menjadi RI-1, Jokowi melakukan pembangunan infrastruktur secara masif dan merata di seluruh pelosok tanah air. Sesuai dengan program Nawa Cita, pemerintah membuktikan komitmen untuk mewujudkan pembangunan dari pinggiran dan desa.
Prioritas pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan daya saing nasional dan pemerataan hasil pembangunan, sekaligus untuk mengurangi disparitas antar wilayah, maka Menteri PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), Basuki Hadimuljono mengatakan, terdapat lima kategori infrastruktur prioritas, yakni: energi, transportasi, sumber daya air, komunikasi, dan pemukiman.
Hasil dari genjotan pembangunan infrastruktur yang di pelopori oleh Presiden Jokowi dan yang menjadi panglima pengawas pembangunan, Basuki Hadimuljono bisa kita lihat sekarang.

Senin, 24 April 2017

Semangat Berkarya Ala Kartini Muda Transmart Carrefour Citra Garden



Anak-Anak Selfie dulu sebelum masuk Carrefour Citra Garden

Setiap tanggal 21 April, kita selalu memperingati hari Kartini yang sudah melegenda di republik ini. Siapa sih ibu kita Kartini itu? Mengapa sampai-sampai nama Raden Ajeng Kartini dianggap berjasa hingga diberi label Pahlawan Nasional perempuan yang wajib diperingati setiap tanggal 21 April? Mari kita tidak melupakan sejarah. Terlepas dari kontroversinya, Raden Ajeng Kartini memang layak dan pantas menyandang status Pahlawan Nasional, walau secara langsung tidak pernah angkat senjata berjuang mengusir penjajah dari Republik ini, namun setidaknya perjuangan beliau dari balik pena dan kertas serta pemikiran-pemikiran beliau pantas memang untuk mendapatkan hak tersebut untuk disejajarkan dengan sosok-sosok pahlawan lainnya yang menginspirasi kaum muda, khususnya kaum hawa untuk sejajar dengan kaum adam.
Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah tanggal 21 Agustus 1879 dari kalangan ningrat. Lalu beliau mendapatkan pendidikan di sekolah ELS (Europese Lagere School), sekolah khusus untuk anak-anak keturunan Belanda, Eropa, peranakan Belanda dan juga anak-anak bangsawan bumi putera. Singkat cerita, usia 16 tahun beliau berhasil menuliskan sebuah artikel berjudul Het Huwelijk bij de Kodja (Perkawinan itu di Kota) yang berisikan bagaimana waktu itu fenomena perempuan yang dijadikan sebagai kaum yang tidak boleh berkembang, dikungkung hak dan kewajibannya yang tidak boleh sejajar dengan lelaki, bagaimana perempuan diberlakukan hanya sebagai ‘pelayan laki-laki’. Singkat cerita perjuangan beliau dengan gagasan “emansipasi wanita”, dimana sudah saatnya kaum perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan lelaki, khususnya dalam hal mendapatkan pendidikan mendapat apresiasi yang tinggi, sehingga kaum hawa tersadarkan lewat buku yang diterbitkan oleh temannya di Belanda, Mr. J.H Abendanon yang kala itu menjabat Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda mengumpulkan surat-surat yang pernah beliau kirim dan membukukannya dengan judul “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” (Habis Gelap Terbitlah Terang) yang menginspirasi dan tidak lekang oleh waktu hingga sekarang.

Senin, 29 Februari 2016

Tinta Printer Blueprint, Solusi Murah dan Paling Aman Untuk Semua Merek Printer



Rekor Muri yang ditorehkan oleh tinta Printer Blueprint. sumber : http://www.blueprint-indonesia.com/products/?id=1&_page=8


Menjadi Guru di era kekinian sungguh merupakan suatu berkah yang tak ternilai harganya dan juga menjadi suatu profesi yang membutuhkan kerja keras, rasa ikhlas untuk menggeluti profesi dengan sepenuh hati, siap dengan segala tantangan, penuh dedikasi, dan yang paling utama adalah mampu mempersiapkan semua perangkat pembelajaran yang dibutuhkan saat akan melaksakana kegiatan atau proses belajar mengajar di dalam kelas. Seorang guru yang profesional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen, adalah guru yang mampu mengemban dan melaksanakan empat Kompetensi Guru sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 10 ayat 1 untuk menjabarkan ayat 8 tentang Standard Kompetensi Guru.

Standard Kompetensi Guru yang dimaksud, adalah : Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional. Dalam mewujudkan Guru yang Profesional, memiliki Kompetensi Pedagogik, setiap guru diharapkan mampu memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, hingga mengembangkan kemampuan peserta didik. Dalam mengasah tingkat ke-profesionalan dirinya dalam mengajar, seorang guru (termasuk saya) diharapkan harus mampu selalu meng-update penguasaan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik secara luas dan mendalam, karena pada dasarnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi itu berkembang dengan pesat. Sehingga guru diharapkan sangat menguasai materi kurikulum mata pelajaran yang diampunya dan substansi keilmuan yang menaungi materi yang akan diajarkan. Untuk menguasai hal itu semua, maka guru (termasuk saya) harus menguasai dan mampu memanfaatkan perangkat TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), khususnya dalam mengolah, merancang, serta menghasilkan (output) Perangkat RPP (Rencana Proses Pembelajaran), maupun mencetak dokumen-dokumen penting lainnya.