Anak-Anak Selfie dulu sebelum masuk Carrefour Citra Garden |
Setiap tanggal 21 April,
kita selalu memperingati hari Kartini yang sudah melegenda di republik ini.
Siapa sih ibu kita Kartini itu? Mengapa sampai-sampai nama Raden Ajeng Kartini dianggap
berjasa hingga diberi label Pahlawan Nasional perempuan yang wajib diperingati
setiap tanggal 21 April? Mari kita tidak melupakan sejarah. Terlepas dari
kontroversinya, Raden Ajeng Kartini memang layak dan pantas menyandang status
Pahlawan Nasional, walau secara langsung tidak pernah angkat senjata berjuang
mengusir penjajah dari Republik ini, namun setidaknya perjuangan beliau dari
balik pena dan kertas serta pemikiran-pemikiran beliau pantas memang untuk
mendapatkan hak tersebut untuk disejajarkan dengan sosok-sosok pahlawan lainnya
yang menginspirasi kaum muda, khususnya kaum hawa untuk sejajar dengan kaum
adam.
Raden Ajeng Kartini lahir di
Jepara, Jawa Tengah tanggal 21 Agustus 1879 dari kalangan ningrat. Lalu beliau
mendapatkan pendidikan di sekolah ELS (Europese Lagere School), sekolah khusus
untuk anak-anak keturunan Belanda, Eropa, peranakan Belanda dan juga anak-anak
bangsawan bumi putera. Singkat cerita, usia 16 tahun beliau berhasil menuliskan
sebuah artikel berjudul Het Huwelijk bij de Kodja (Perkawinan itu di Kota) yang
berisikan bagaimana waktu itu fenomena perempuan yang dijadikan sebagai kaum
yang tidak boleh berkembang, dikungkung hak dan kewajibannya yang tidak boleh
sejajar dengan lelaki, bagaimana perempuan diberlakukan hanya sebagai ‘pelayan laki-laki’. Singkat cerita
perjuangan beliau dengan gagasan “emansipasi wanita”, dimana sudah
saatnya kaum perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan lelaki,
khususnya dalam hal mendapatkan pendidikan mendapat apresiasi yang tinggi, sehingga
kaum hawa tersadarkan lewat buku yang diterbitkan oleh temannya di Belanda, Mr.
J.H Abendanon yang kala itu menjabat Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan
Hindia Belanda mengumpulkan surat-surat yang pernah beliau kirim dan
membukukannya dengan judul “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” (Habis
Gelap Terbitlah Terang) yang menginspirasi dan tidak lekang oleh waktu hingga
sekarang.