Kamis, 16 Januari 2020

Maksimalkan Potensi Industri Pertahanan Indonesia Demi Wujudkan Kedaulatan NKRI Baik Darat, Laut, Udara Agar Dapat Bersaing Dengan Dunia Luar

Industri Senjata Tanah Air Harus Tetap Dikembangkan Menuju Pembangunan Industri Pertahanan Nasional Diakui Internasional

Sejarah Pindad
Sejarah panjang industri Pertahanan Nasional Indonesia diawali pada tahun 1808 dimana Gubernur Jenderal William Herman Daendels mendirikan bengkel senjata bernama Contructie Winkel (CW) di Surabaya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan Pemerintah Kolonial Belanda akan pemeliharaan dan perbaikan sarana peralatan perang yang digunakan di wilayah jajahan Belanda.
Namun sejarah mencatat bahwa industri Pertahanan pada masa itu akhirnya diarahkan juga untuk menghasilkan produk-produk alat peralatan pertahanan dan peralatan pendukungnya, meliputi kendaraan tempur darat, kapal perang, pesawat, senjata, peluru dan amunisi.
Usai Perang Dunia II dan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda menyatakan bahwa Indonesia negara merdeka dan berdaulat, maka tahap demi tahap Belanda menyerahkan semua aset-asetnya kepada pemerintahan Indonesia dibawah pimpinan Presiden pertama Ir. Soekarno, termasuk pabrik senjata Leger Produktie Bedrijven (LPB) dan Central Reparatie Werkplaats.
LPB diganti nama menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM), dikelola oleh TNI-AD dan berhasil memproduksi laras senjata berkaliber 9mm. Pada bulan Nopember 1950 berhasil membuat laras dengan kaliber 7,7mm. Delapan tahun kemudian, PSM berubah nama menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD) pada tanggal 1 Desember 1958. Pabal AD banyak mengirimkan pemuda Indonesia yang potensial ke luar negeri untuk belajar persenjataan dan balistik demi mengurangi ketergantungan peralatan militer pada negara lain.
Tahun 1962, Pabal AD kembali berubah nama menjadi Perindustrian TNI Angkatan Darat (Pindad) dengan tahapan pengembangan fokus pada tujuan pembinaan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip pengelolaan terpadu dan kemajuan teknologi mutakhir. Bermodalkan Surat Keputusan dari Angkatan Bersenjata untuk memakai senjata buatan Pindad, maka senjata pun mulai diproduksi secara massal.
Mengalami pasang surut dan akibat krisis moneter 1987 membuat industri-industri Persenjataan Nasional rontok, sehingga terpaksa melakukan diversifikasi usaha lebih mengarah pada produksi peralatan-peralatan sipil agar bisa tetap eksis dalam menjaga NKRI ditengah-tengah hantaman krisis nasional maupun global.
Pameran Alat Pertahanan dan Keamanan Nasional Tahun 2019 Lalu Memberikan Edukasi Bahwa Persenjataan Lengkap dan Canggih Negara Kita telah mampu menembus Ekspor ke Luar Negeri, Terutama Negara-negara Tetangga di Asia.
Baru ketika SBY berkuasa, pelan-pelan Industri Pertahanan Nasional kembali dikembangkan dalam upaya mengurangi ketergantungan Indonesia akan Alat Peralatan Pertahanan Kemanan (Alpalhankam) buatan luar negeri.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan membuka kran akselerator bagi pemberdayaan dan pertumbuhan industri-industri pertahanan yang maju, kuat, mandiri dan berdaya saing sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh TNI, Polri dan Kementerian/Lembaga lainnya.
Tidak dapat dipungkiri faktor kejayaan sebuah negara pastinya ditentukan keadaan keamanan dan pertahanan negara tersebut. Negara kuat pasti dilihat dari kekuatan militernya plus Alutsista yang dimilikinya.
Alat utama sistem pertahanan merupakan kekuatan militer yang harus diperkuat demi mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang benar-benar berdaulat baik itu di darat, udara maupun di laut.
Sejarah membuktikan ketika kita punya patih sekelas Gajah Mada era keemasan pemerintahan Hayam Wuruk yang memerintah di Kerajaan Majapahit. 
Peralatan Canggih dan dapat bersaing dengan Dunia Internasional adalah dambaan Negara Berdaulat di Darat, Laut dan Udara
Alasan Maksimalkan Potensi Industri Pertahanan Jaga NKRI
Diceritakan dekade 1350 – 1389, daerah pemerintahan Majapahit meluas hingga ke Sumatera, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebahagian kepulauan Filipina. Total 98 kerajaan waktu itu ada ditangan Majapahit.
Dibawah kendali Mahapatih Gajah Mada, diceritakan bahwa Majapahit menjadi negara ekspansionis dengan kekuatan militernya. Bala tentara dengan pasukan plus bernama Bhayangkara menjadi pasukan terdepan dalam membela rakyatnya, Majapahit menjadi kerajaan paling ditakuti musuh.
Sebagai kerajaan maritim, menyiapkan kapal-kapal perang di sekitar perbatasan dan di lima gugus, yaitu di sebelah barat Sumatera, sebelah selatan Jawa, perairan Sulawesi, Kepulauan Natuna, dan Laut Jawa merupakan sebuah keharusan.
Dari dulu hingga sekarang, menjaga Kepulauan Natuna memang sudah menjadi pekerjaan super berat, betapa tidak? Banyak perompak berpangkal di Vietnam dan Tiongkok yang ingin menguasai kekayaan alam di Natuna.
Konon ceritanya, Majapahit menciptakan meriam bernama Cetbang, melengkapi persenjataan dan armada kuat untuk berjaga di Laut Jawa dan Natuna, sehingga musuh berpikir dua kali untuk menyerang Majapahit. Mahapatih Gajah Mada kala itu sukses menciptakan pasukan menakutkan plus persenjataan modern untuk menjaga Nusantara.
Belum lagi strategi perang, baik itu operasi intelijen, penyerangan, maupun pertahanan menjadikan negara kita harus kembali belajar dalam hal membangun pertahanan dan keamanan yang kuat disegani dunia.
Kini situasinya juga tidak jauh beda, kita dihadapkan pada pilihan harus memaksimalkan segala potensi industri nasional agar dapat khususnya menjaga keutuhan NKRI dari gangguan maupun rongrongan yang datangnya baik dari dalam, maupun dari negara asing yang ingin mengeruk kekayaan alam kita di pulau-pulau dan perairan-perairan yang strategis, disamping itu tentunya untuk menunjukkan eksistensi negara kita dalam hal pengadaan Alutsista dan Almatsus Polri untuk pemberdayaan industri pertahanan.
Seluruh potensi dan sumber kekayaan alam Indonesia harus dioptimalkan dalam mendukung Industri Pertahanan Indonesia. Dilansir dari web Komite KebijakanIndustri Pertahanan bahwa Indonesia memiliki industri pertahanan yang lengkap dan tangguh dari hulu hingga ke hilir.
Industri dasar seperti karet dan baja, industri komponen, hingga industri hilir meliputi wahana darat, laut, udara, senjata berteknologi tinggi, amunisi, hingga elektronika dan kontrol telah diproduksi oleh Pindad yang bergerak di bidang manufaktur Alutsista tanah air.
Peralatan Pertahanan dan Keamanan kita sudah diakui oleh Dunia Internasional dan Kita harus terus memproduksi Hasil Inovasi Indonesia
Persenjataan Canggih Ciptaan Indonesia Bersaing Dengan Dunia Luar
Drone CH4 beraksi menunjukkan kemampuan terbangnya di radius of action 1.500 – 2000 kilometer di hadapan Presiden Jokowi yang menghadiri HUT TNI di Taxx Way Echo Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu, 5 Oktober 2019.
Pesawat nirawak (drone) merupakan hasil dari pengadaan rencana strategis kedua yang akan diproduksi berjumlah enam unit. Pesawat nirawak ini berjenis Medium Altitude Long Endurance (MALE), yang bisa terbang dengan lama durasi hingga 12 jam dan menjangkau 1.000 kilometer.
"Kemampuan itu bisa digunakan dengan dukungan satelit atau sistem BLOS (beyond line of sight). Tapi kalau hanya menggunakan NLOS (non line of sight) itu bisa dari Surabaya sampai ke tempat latihan ini di Situbondo," kata kata Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Kolaborasi drone dan wahana pencegat dan pendarat – Titah Hitam sangat diharapkan dapat menjaga kedaulatan NKRI dari usaha-usaha kapal-kapal asing seperti yang terjadi di Pulau Natuna.
Harusnya persenjataan canggih, kolaborasi Wahana Laut seperti: Seahunter 46 Mark II, Fast Patrol Boat 42m, Shuter 46 Mark I dapat beroperasi dengan baik seperti armada pimpinan Mpu Nala yang mampu menjaga Nusantara dengan kapal perangnya.
Sementara wahana darat dan udara tidak perlu lagi diragukan keberadaannya dalam bersaing dengan produk senjata asing plus menjaga kedaulatan negara kita. Sehingga dengan adanya Alutsista yang canggih plus keberadaan TNI Angkatan Darat, Laut dan Udara harusnya negara kita sangat berdaulat dan diakui keberadaannya oleh dunia luar.

Rabu, 15 Januari 2020

Besarnya Sumbangsih Freeport Indonesia Bagi Negeri, Khususnya Bagi Kemajuan Rakyat Papua

Freeport Indonesia Siap Memberikan yang terbaik Untuk Rakyat Papua dan Indonesia.

Persipura Jayapura, siapa yang tidak kenal dengan klub kebanggaan negeri ini? Klub besar nan tersukses di tanah air ini telah mampu menemukan mutiara-mutiara hitam, dipoles hingga diorbitkan menjadi pemain kelas dunia rasa Indonesia. Siapa tidak kenal Boaz Solossa? Kapten hingga predator kelas atas penjebol gawang tim maupun negara kelas dunia? Sebut saja Uruguay, Cina, Oman, Vietnam dan Malaysia negara yang pernah merasakan sepak terjangnya.
Mengapa Persipura bisa menjadi klub papan atas di negeri ini? Ternyata tidak lepas dari dukungan dana yang kuat dan berkelanjutan agar bibit pemain-pemain muda dari tanah Papua bersinar layaknya seperti mutiara yang menjadi kebanggaan timnas ke depannya. Dan dukungan dana itu salah satunya berasal dari Freeport Indonesia.
Ya, bukan rahasia umum lagi bila Freeport sangat mencintai tanah Papua, khususnya Persipura. Sejak Januari 2019, Persipura Jayapura mendapatkan kepastian kucuran dana dari PT Freeport Indonesia senilai 7,5 miliar per tahun.
Total dukungan Freeport kepada Persipura sejak 2012 mencapai nilai Rp 65,8 miliar menandakan bahwa kerjasama yang baik pastinya akan menorehkan prestasi luar biasa seperti yang ditunjukkan oleh Persipura.
Sejak bermitra dengan PT Freeport Indonesia, Persipura telah banyak merengkuh prestasi di berbagai kompetisi, seperti empat kali juara Liga Indonesia. Melalui sepakbola, Persipura telah mengangkat harkat dan martabat bukan hanya Papua tetapi juga Indonesia di tingkat dunia dan PT Freeport Indonesia mempertegas kembali komitmennya untuk terus menyokong dan mendukung Persipura dalam kompetisi lokal maupun internasional.
Dukungan Freeport Indonesia tidak hanya dalam dunia sepakbola, hampir di semua lini, masyarakat Papua, khususnya Papua Barat dan Timika mendapatkan manfaat dari keberadaan tambang emas terkemuka di dunia ini.
Setelah mengakuisisi saham PT. Freeport Indonesia senilai 51,23%, maka Indonesia dan Papua serasa punya tambang emas yang digunakan seluas-luasnya dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Papua dan Indonesia pada umumnya.
Freeport Indonesia Dengan segala kandungan Kekayaan Alamnya Siap Memberikan yang terbaik Bagi Indonesia dan Papua. Dukung Freeport Demi Indonesia Sejahtera
Diperkirakan, tambang tembaga tersebut memiliki cadangan emas, tembaga, dan perak senilai lebih dari Rp 2,190 triliun hingga 2041. Lalu rakyat Papua lewat Pemerintah Daerah Papua memiliki 10 persen saham yang mulai tahun 2023 akan mendapatkan hampir Rp 3 triliun per tahun dari deviden Freeport Indonesia.
Seharusnya kabar gembira kepemilikan saham Freeport Indonesia ini menjadikan Papua makin aman, kondusif dan terkendali sehingga Freeport bisa lebih berkonsentrasi dan aktif melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka dalam memajukan Indonesia dan Papua.
Mungkin ‘sakit hati’ selama kurang lebih lima puluh tahun berdiri, Freeport Indonesia ‘hanya’ memberikan jatah 9,36 persen yang memang tidak mungkin digunakan untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, apalagi untuk rakyat Papua, terkhusus rakyat Timika?
Si seksi Freeport Indonesia ibarat bidadari lahir dari perut bumi Papua, namun harus memberikan kasih sayangnya kepada kerajaan lain dan hanya memberikan sedikit perhatian kepada ibu pertiwi yang melahirkannya, kira-kira seperti itulah gambaran mengapa Papua terus bergejolak dan Papua masih berada dalam garis kemiskinan.
Tapi, itu cerita lama yang harus diperbaiki dan saatnya akan tiba, dimana rakyat Indonesia, khususnya warga Papua akan menikmati manfaat dari keberadaan tambang terbesar di dunia ini, dimana keberadaan Freeport Indonesia harus memberikan kemakmuran dan kejayaan bagi Papua terlebih dahulu berkat dari eksplorasi tambang emas di kawasan mineral Gasberg, Papua.  
Sejarah panjang dan penuh lika-liku kehadiran Freeport Indonesia, akhirnya berbuah manis di tahun 2018, dimana Papua dan Indonesia memasuki era baru kepemilikan Freeport Indonesia. Kemesraan Freeport dengan Papua dan Indonesia yang selama ini suam-suam kuku harus direkatkan kembali. Keberadaan Freeport bagi rakyat Papua harus benar-benar direalisasikan.
Freeport adalah Mimika – Papua dan Mimika – Papua adalah Freeport, begitulah fakta yang ada, untuk itu kita harus menjaga Freeport dan Freeport juga harus memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan rakyat Mimika dan rakyat Papua pada umumnya. 
Sampai Saat Ini Freeport Sudah Memberikan Yang terbaik, Harapannya Freeport terus memberikan kebaikan untuk Papua Jaya, Indonesia Jaya
Dukungan harus kita berikan baik itu lewat tulisan dan narasi-narasi baik sehingga rakyat Papua, khususnya rakyat di Timika – Papua memang benar-benar memiliki Freeport Indonesia. Kita harus turut mendukung Papua benar-benar bagian dari Indonesia yang tidak bisa dipisahkan lagi. Papua adalah NKRI dan selamanya menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bumi Cendrawasih harus kita jaga bersama, menurut saya sudah saatnya kontribusi nyata buat Papua diberikan oleh Freeport dan Pemerintah Pusat dan Daerah bersama-sama menjaganya sehingga rakyat Papua khususnya rakyat Mimika – Papua benar-benar sadar dan tidak mengganggu keberadaan Freeport Indonesia.