Tampilkan postingan dengan label #lomba. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #lomba. Tampilkan semua postingan

Minggu, 04 November 2018

Hidup Sehat Anak Ditentukan Pola Asuh 1000 Hari Pertamanya

1000 Hari Pertama Ananda, Sumber Inspirasi Untuk Mendidik Anak

 “Anakku adalah Sumber Kekayaan Terbesar Bagiku!”, kalimat ini menjadi sumber inspirasi turun-temurun yang menjadi dasar bagi keluarga untuk mengasuh, mendidik, dan membimbing anaknya hingga menjadi orang yang berhasil kelak nantinya.
Filosofi mendidik anak sangat kental dirasakan, khususnya bagi orangtua, anak adalah sumber segalanya. Rasanya keluarga tidak akan lengkap tanpa kehadiran anak, oleh karena itu ketika anak hadir ditengah-tengah keluarga, maka orangtua harus mampu melaksanakan tugas-tugas pokoknya, yaitu memenuhi kebutuhan anak.
Secara umum diketahui bahwa dalam perkembangannya, anak perlu dipenuhi berbagai kebutuhan, mulai dari kebutuhan primer, pangan, sandang, rumah yang layak, kasih sayang, perhatian, penghargaan terhadap dirinya ,dan peluang mengaktualisasikan dirinya.
Anak Adalah Masa Depan OrangTua, Didikan dan Pola Asuh Penentu Masa Depan Anak
 Serta yang paling penting diatas semuanya itu adalah pola asuh. Ya, pola asuh terhadap anak akan sangat menentukan masa depan anak dalam tumbuh kembang mereka, sebab dengan pola asuh anak yang baik dipraktekkan oleh orangtua akan menjadikan anak-anak Indonesia yang dikenal dengan Generasi Millenial’s ini bakal mampu menggapai cita-cita mereka serta menghasilkan Generasi Indonesia sehat, cerdas, dan inovatif.
Pola Asuh Anak, Kunci Sukses Tumbuh Kembang Mereka
Sudah saatnya orangtua berperan penting, saling bersinergi antara ibu dan ayah untuk sama-sama mendidik anak, mengasuhnya, serta memberikan yang terbaik buat anak, lewat perbuatan dan nasehat. Pola asuh anak di #1000HariTerbaik anak merupakan bagian terpenting mendidik anak agar terhindar dari masalah stunting, masalah kurang gizi, hingga masalah ketertinggalan mental anak.
Ketika saya mengetahui isteri saya mengandung anak pertama kami, saya sangat bahagia, sangat senang, sangat bersyukur dan semua rasa bangga itu tidak dapat tergambarkan dengan kata-kata. Maka yang saya lakukan adalah menjaga masa kehamilan isteri saya. Saya ikut berperan untuk mengasuh mereka sejak dari kandungan, sebab anak terbaik muncul dari pola asuh kita terhadap bayi sejak dari kandungan.
Anak-Anakku Adalah Kekayaan Terbesar Dalam Hidup, Maka Asuh Mereka Dengan Baik
 Selama kurang lebih 270 hari fase kehamilan anakku, aku banyak berinteraksi dengan dia walau dalam kandungan ibunya. Berkomunikasi hal sangat penting dilakukan selama dalam kandungan. Saya selalu mengelus perut ibunya, mengajak berbicara, misalnya, “Jangan suka rewel ya nak!” atau “Baik-baik ya, jangan buat mama selalu mual!”, atau kata-kata lainnya.
Mendengarkan anak mendengar musik juga salah satu cara terbaik untuk mengasuh anak mulai dari kandungan, sehingga anak suka seni, musik, dan hal-hal yang positif. Disamping itu tentunya memberikan makanan-makanan bergizi sedari kandungan hal yang sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak nantinya.
Disaat akan melahirkan, yaitu bulan ke delapan atau kesembilan, sering mengajak isteri untuk cek kandungan dan kesehatan adalah hal utama yang saya lakukan. Menjadi Bapak yang SIAGA (Siap – Antar – Jaga) harus benar-benar dipraktekkan, bahkan lebih dari itu, saat persalinan anak pertama saya, saya ikut langsung di dalamnya. Mulai dari malam itu, ketika dia merasakan mual-mual, saya langsung mengantarkannya ke Rumah Sakit tempat persalinan isteri.

Senin, 01 Mei 2017

Bonus Demografi Indonesia, Antara Manfaat dan Realita Bagi Pertumbuhan Ekonomi Bangsa



Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan umur sumber:databoks.katadata.co.id

Hasil proyeksi penduduk oleh BPS (Badan Pusat Statistik) menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia pastinya per 2016, sebanyak 258 juta jiwa. Dengan proporsi laki-laki sebanyak 129,98 juta orang dan penduduk perempuan sebanyak 128,71 juta orang (sumber: databoks.katadata.co.id) menandakan bahwa negara kita memiliki sumber daya manusia yang berlimpah, apalagi ternyata menurut data statistik BPS, saat ini jumlah penduduk Indonesia usia muda lebih banyak dibandingkan dengan usia tua. BPS lebih lanjut memetakan, usia 0-9 tahun sebesar 45 juta, pada tahun 2045 akan berusia 35-45 tahun dan usia 10-19 tahun berjumlah 43 juta jiwa pada tahun 2045 akan berusia 45-54 tahun, sehingga negara kita mendapat bonus demografi dan diproyeksikan di ulang tahun yang ke-100 nantinya mendapat anugerah Generasi Emas.
Mengapa disebut bonus demografi? Dan apa itu generasi emas? Apakah bonus demografi ini bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi bangsa di masa sekarang hingga 45 tahun ke depan? Mampukah pemerintah mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyah Indonesia seperti yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945? Mampukah generasi produktif ini menanggung biaya hidup usia non produktif sehingga di fase generasi emas, negara kita yang digadang-gadang memang mampu mewujudkan salah satu negara kekuatan ekonomi dunia? Atau apesnya bisa menjadi bencana demografi?
Indonesia dalam angka menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun meningkat, diawali tahun 1961, ketika sensus pertama dilakukan, jumlah penduduk Indonesia berjumlah 97,1 juta jiwa. Tahun 1971, sensus ke-2 dilakukan dan jumlah penduduk kita meningkat mencapai angka 119,2 juta jiwa, meningkat sebanyak 22,1 juta jiwa. Maka untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk yang memang seperti deret ukur itu, pemerintah menggalakkkan program KB (Keluarga Berencana), cukup 2 atau 3 anak, sehingga ketika sensus ke-3 dilakukan tahun 1980, jumlah penduduk kita berkisar 146,9 juta jiwa yang menandakan bahwa program KB cukup manjur menekan angka kelahiran hampir 100 juta jiwa dan pertumbuhan penduduk hanya 27,7 persen dalam kurun waktu 10 tahun. Tahun 2000 ketika sensus penduduk dilakukan, jumlah penduduk kita mengalami lonjakan yang berat, 205,1 juta jiwa, tahun 2010, berjumlah 237,6 juta jiwa. Walau terkesan sukses menekan ledakan penduduk, tetapi kita semua masyarakat masih memiliki PR untuk menjadikan bonus demografi ini menjadi kekuatan ekonomi bangsa.
Provinsi di Indonesia dengan angka kejahatan paling tinggi. sumber:databoks.katadata.co.id

Senin, 24 April 2017

Semangat Berkarya Ala Kartini Muda Transmart Carrefour Citra Garden



Anak-Anak Selfie dulu sebelum masuk Carrefour Citra Garden

Setiap tanggal 21 April, kita selalu memperingati hari Kartini yang sudah melegenda di republik ini. Siapa sih ibu kita Kartini itu? Mengapa sampai-sampai nama Raden Ajeng Kartini dianggap berjasa hingga diberi label Pahlawan Nasional perempuan yang wajib diperingati setiap tanggal 21 April? Mari kita tidak melupakan sejarah. Terlepas dari kontroversinya, Raden Ajeng Kartini memang layak dan pantas menyandang status Pahlawan Nasional, walau secara langsung tidak pernah angkat senjata berjuang mengusir penjajah dari Republik ini, namun setidaknya perjuangan beliau dari balik pena dan kertas serta pemikiran-pemikiran beliau pantas memang untuk mendapatkan hak tersebut untuk disejajarkan dengan sosok-sosok pahlawan lainnya yang menginspirasi kaum muda, khususnya kaum hawa untuk sejajar dengan kaum adam.
Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah tanggal 21 Agustus 1879 dari kalangan ningrat. Lalu beliau mendapatkan pendidikan di sekolah ELS (Europese Lagere School), sekolah khusus untuk anak-anak keturunan Belanda, Eropa, peranakan Belanda dan juga anak-anak bangsawan bumi putera. Singkat cerita, usia 16 tahun beliau berhasil menuliskan sebuah artikel berjudul Het Huwelijk bij de Kodja (Perkawinan itu di Kota) yang berisikan bagaimana waktu itu fenomena perempuan yang dijadikan sebagai kaum yang tidak boleh berkembang, dikungkung hak dan kewajibannya yang tidak boleh sejajar dengan lelaki, bagaimana perempuan diberlakukan hanya sebagai ‘pelayan laki-laki’. Singkat cerita perjuangan beliau dengan gagasan “emansipasi wanita”, dimana sudah saatnya kaum perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan lelaki, khususnya dalam hal mendapatkan pendidikan mendapat apresiasi yang tinggi, sehingga kaum hawa tersadarkan lewat buku yang diterbitkan oleh temannya di Belanda, Mr. J.H Abendanon yang kala itu menjabat Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda mengumpulkan surat-surat yang pernah beliau kirim dan membukukannya dengan judul “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” (Habis Gelap Terbitlah Terang) yang menginspirasi dan tidak lekang oleh waktu hingga sekarang.