Senin, 01 Mei 2017

Bonus Demografi Indonesia, Antara Manfaat dan Realita Bagi Pertumbuhan Ekonomi Bangsa



Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan umur sumber:databoks.katadata.co.id

Hasil proyeksi penduduk oleh BPS (Badan Pusat Statistik) menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia pastinya per 2016, sebanyak 258 juta jiwa. Dengan proporsi laki-laki sebanyak 129,98 juta orang dan penduduk perempuan sebanyak 128,71 juta orang (sumber: databoks.katadata.co.id) menandakan bahwa negara kita memiliki sumber daya manusia yang berlimpah, apalagi ternyata menurut data statistik BPS, saat ini jumlah penduduk Indonesia usia muda lebih banyak dibandingkan dengan usia tua. BPS lebih lanjut memetakan, usia 0-9 tahun sebesar 45 juta, pada tahun 2045 akan berusia 35-45 tahun dan usia 10-19 tahun berjumlah 43 juta jiwa pada tahun 2045 akan berusia 45-54 tahun, sehingga negara kita mendapat bonus demografi dan diproyeksikan di ulang tahun yang ke-100 nantinya mendapat anugerah Generasi Emas.
Mengapa disebut bonus demografi? Dan apa itu generasi emas? Apakah bonus demografi ini bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi bangsa di masa sekarang hingga 45 tahun ke depan? Mampukah pemerintah mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyah Indonesia seperti yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945? Mampukah generasi produktif ini menanggung biaya hidup usia non produktif sehingga di fase generasi emas, negara kita yang digadang-gadang memang mampu mewujudkan salah satu negara kekuatan ekonomi dunia? Atau apesnya bisa menjadi bencana demografi?
Indonesia dalam angka menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun meningkat, diawali tahun 1961, ketika sensus pertama dilakukan, jumlah penduduk Indonesia berjumlah 97,1 juta jiwa. Tahun 1971, sensus ke-2 dilakukan dan jumlah penduduk kita meningkat mencapai angka 119,2 juta jiwa, meningkat sebanyak 22,1 juta jiwa. Maka untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk yang memang seperti deret ukur itu, pemerintah menggalakkkan program KB (Keluarga Berencana), cukup 2 atau 3 anak, sehingga ketika sensus ke-3 dilakukan tahun 1980, jumlah penduduk kita berkisar 146,9 juta jiwa yang menandakan bahwa program KB cukup manjur menekan angka kelahiran hampir 100 juta jiwa dan pertumbuhan penduduk hanya 27,7 persen dalam kurun waktu 10 tahun. Tahun 2000 ketika sensus penduduk dilakukan, jumlah penduduk kita mengalami lonjakan yang berat, 205,1 juta jiwa, tahun 2010, berjumlah 237,6 juta jiwa. Walau terkesan sukses menekan ledakan penduduk, tetapi kita semua masyarakat masih memiliki PR untuk menjadikan bonus demografi ini menjadi kekuatan ekonomi bangsa.
Provinsi di Indonesia dengan angka kejahatan paling tinggi. sumber:databoks.katadata.co.id
Bonus demografi, adalah era dimana terjadinya ledakan penduduk usia produktif yang bisa menopang penduduk tidak produktif, yang biasanya berlangsung selama 20-30 tahun dan dimana tingkat fertilitas (kelahiran) menurun dan rendah serta dimana jumlah penduduk di atas usia 60-65 tahun belum tinggi sementara usia produktif antara 15-35 tahun tumbuh dengan seimbang sehingga dikatakan menjadi modal utama dalam pembangunan Indonesia, puncaknya pada periode 2025-2030. Menurut data statistik BPS, penduduk usia produktif (50-64) tahun, perempuan lebih banyak dengan 16,91 juta, sedangkan laki-laki hanya 16,9 juta jiwa. Sementara usia sangat produktif (15-49) tahun, kaum adam lebih banyak dengan jumlah 70,4 juta jiwa, sementara kaum hawa usia sangat produktif hanya 69,4 juta jiwa. Sampai-sampai Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan Indonesia bakalan tumbuh menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ketujuh terbesar di dunia tahun 2030 karena disamping memiliki sumber daya alam yang mendukung, juga dengan kondisi bonus demografi tersebut.
“Indonesia diproyeksikan menjadi negara terbesar ke-7 di dunia pada 2030. Indonesia dianggap sebagai negara yang cukup diperhitungkan,” ujarnya seperti dikutip dari bisnis, asalkan pemerintah mampu mengelola perekonomian nasional dengan baik, namun disamping itu, juga harus diperhatikan banyak faktor agar bonus demografi ini benar-benar bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di mata dunia, juga agar bisa berdampak untuk mengurangi kesenjangan antara yang miskin dengan yang kaya.
Faktor Pendukung Bonus Demografi Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Banyak faktor yang harus diperhatikan agar bonus demografi ini benar-benar dapat direalisasikan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik di angka 5,3 persen, yang artinya, optimis akan melaju pelan tapi pasti dan dapat mengimbangi laju inflasi, sehingga fondasi pertumbuhan perekonomian kita semakin membaik ke depannya. Faktor pendidikan dan revolusi mental adalah faktor yang pertama dan utama yang dicanangkan oleh pemerintahan sekarang untuk mempersiapkan generasi Indonesia sekarang dalam menghadapi era globalisasi. Dengan pendidikan yang tepat guna, berdaya guna serta terarah dan sesuai dengan Tujuan Pendidikan pada Undang-Undang Dasar 1945, maka dipastikan seluruh anak usia sekolah di tanah air dapat bersekolah dengan baik, minimal tamat SMA sesuai dengan program Nawa Cita.
Begitu juga dengan gerakan revolusi mental, dimana pendidikan itu juga harus mampu menggenjot dan mengubah mindset para siswa agar berpikir jika tamat sekolah tidak harus mencari pekerjaan, bahkan tidak harus menjadi pegawai negeri sipil (PNS), tetapi bagaimana menciptakan lapangan kerja sendiri alias sebagai pengusaha. Sebab kenyataan, menurut data statistik, jumlah pengusaha di Indonesia baru mencapai 1,65 persen dari 258 juta jiwa. Rasio ini jauh tertinggal dari negara-negara tetangga kita, sebut saja Singapura, Malaysia maupun Thailand. Sementara negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang memiliki pengusaha lebih dari 10 persen dari total polulasinya. Idealnya jumlah pengusaha dalam satu negara adalah 2 persen dari total populasi, tetapi untuk mencapai target pendapatan perkapita yang baik diperlukan 6,13 juta pengusaha atau sekitar 2,5 persen dari populasinya. Oleh karena itu, sudah saatnya generasi produktif sekarang harus mampu berjiwa pengusaha dan diberikan modal serta pendidikan dan pelatihan yang tepat untuk menumbuhkan sikap dan minat pengusaha.
Kedua, terciptanya lapangan kerja untuk meningkatkan nilai produktifitas bagi 70 persen usia kerja. Pemerintah harus mampu membuka lapangan kerja untuk mengurangi tingkat pengangguran yang semakin tinggi. Akan percuma bonus demografi jika pemerintah tidak mampu membuka lapangan kerja baru untuk mengolah sumber daya alam kita yang sangat melimpah. Sangat miris jika kita hanya mampu mengekspor TKI (Tenaga Kerja Asing), sementara dilain pihak kita disuguhkan akan membanjirnya tenaga kerja asing dan perusahan asing yang menggerogoti sumber daya alam kita. 
Angka pengangguran dan penduduk miskin Indonesia per 2015. sumber: databoks.katadata.co.id
Data statistik tahun 2015 menunjukkan jumlah pengangguran dan penduduk miskin semakin meningkat dari tahun 2014. Desember 2015 angka pengangguran meningkat menjadi 6,18 persen dari 5,94 persen di akhir tahun 2014. Pun dengan angka kemiskinan meningkat 10,96 persen di akhir tahun 2014, meningkat menjadi 11,13 persen di akhir tahun 2015. Tingginya tingkat pengangguran dan bertambahnya penduduk miskin memicu meningkatnya tingkat krimininalitas, kekerasan dan kejahatan sosial yang berkembang di tengah-tengah masyarakat kita dan pelakunya rata-rata masih usia produktif.
Indonesia dalam angka menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi 5,3 persen ternyata belum mampu menekan angka kemiskinan menjadi satu digit atau di bawah 10 persen. Ekonomi Indonesia pada 2016 tumbuh 5,02 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan angka kemiskinan turun 10,7 persen pada September 2016 dari 11,13 persen dari September 2015. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 ditargetkan sebesar 5,1 persen. Angka ini rendah dari APBP 2016, yaitu 5,2 persen. Sementara angka kemiskinan ditargetkan turun menjadi 10,5 persen dari posisi September 2016. Untuk dapat menekan angka kemiskinan hingga satu digit dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi seperti saat ini. Namun, terbatasnya anggaran seiring seretnya pendapatan dari pajak membuat dana untuk stimulus pertumbuhan juga terbatas. 
Ternyata SMK menjadi sektor pendidikan penyumbang pengangguran terbanyak di Indonesia. ada yang salah dengan sistem pendidikan SMK? sumber.databoks.katadata.co.id
Pemerintah tetap berusaha memacu pertumbuhan dengan memangkas anggaran belanja barang dan mengalokasikan ke belanja modal. Selain itu, pemerintah juga mendorong peran swasta dan Badan Usaha Milik Negara untuk membiayai proyek-proyek infratruktur yang diharapkan dapat memberi daya ungkit pertumbuhan yang lebih tinggi pada 2018 (sumber : databoks.katadata.co.id)
Ketiga, Pemerintah harus mampu mengajak semua komponen untuk kembali menerapkan pendidikan karakter, pendidikan moral, pendidikan berbasis skill, pemahaman tentang seksualitas, menjauhi narkoba, pemahaman akan akibat penyakit AIDS dan meningkatkan fungsi keluarga sebagai pendidikan yang utama agar menghasilkan generasi yang tangguh. Sebab, komunikasi yang baik dalam keluarga akan menghasilkan pribadi-pribadi yang produktif ke depannya. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi juga harus mampu memberikan efek positif bagi perkembangan generasi produktif dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam mencari, mengolah dan mencari keuntungan bagi diri mereka sendiri.
Nah, sudah saatnya kita berbenah dan ambil bagian dalam upaya untuk mendukung pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi lewat pemanfaatan bonus demografi yang sudah di depan mata. Semoga di tahun 2020-2030, Indonesia maju dan masyarakatnya sejahtera berkat pemanfaatan bonus demografi. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar