“Otak sebagai sumber
pikiran harus selalu terkoneksi dengan hati, hati yang bersih dan pikiran yang
jernih akan hasilkan ide-ide besar yang mampu mengubah kehidupan.” Presiden
Jokowi
Saat ini dunia global sudah memasuki era revolusi
industri 4.0 (Industri Revolution
4.0/IR4.0) menghadirkan Cyber-Physical System,
dimana industri mulai menerapkan otomasi mesin, artificial
intelligence (AI), blockchain, machine learning, robot,
big data, dunia virtual, konektivitas/ informasi kecepatan tinggi
yang lebih dikenal dengan Internet of Things (IoT). Perangkat-perangkat baru
dan peranti lunak cerdas yang dihasilkan memunculkan bidang kerja baru, start up yang inovatif, dan bidang
bisnis baru.
Era ini menghadirkan teknologi disruptif (disruptive technology) menggantikan
peran manusia, dimana kita hidup di dunia nyata sekaligus di dunia digital.
Belum lagi munculnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif dan
kreatif, perubahan sosial, teknologi dan lingkungan juga telah menghasilkan
model produksi massal.
Lantas, apakah sumber daya manusia Indonesia sudah siap
dalam menghadapi disrupsi revolusi industri 4.0 ini? Apakah dunia pendidikan
kita sudah mampu membentuk manusia Indonesia menjadi insan yang cerdas dan
punya daya saing di kawasan regional maupun global dalam menghadapi era baru
ini?
Tidak dapat kita pungkiri bahwa Indonesia telah merasakan
dampak Industri 4.0, dimana sejumlah sektor industri nasional telah memasuki
era tersebut, diantaranya industri semen, petrokimia, otomotif, serta makanan
dan minuman. Sebagai contoh, indsutri otomotif, dalam proses produksinya, sudah
menggunakan sistem robotik dan infrastruktur IoT.
Sehingga diramalkan disrupsi teknologi ini akan
menjadikan sekitar 52,6 juta pekerjaan hilang, digantikan oleh otomasi dan
mesin dalam lima tahun mendatang (International Labour
Organization/ILO, McKinsey, 2017).
Sekitar 50,7% lulusan sekolah menengah
tidak terserap dalam pasar kerja (BPS, 2018) apalagi Indonesia diprediksi akan
mengalami bonus demografi pada 2030, dimana persaingan kerja akan semakin ketat
akibat usia produktif lebih banyak dari usia non-produktif, dan lulusan usia
yang produktif banyak yang tidak kompeten.
Inilah yang menjadi masalah utama bangsa kita dalam mewujudkan Sumber Daya
Manusia yang unggul menuju Indonesia yang produktif. Sangat diharapkan disrupsi
ini akan menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif
dan kreatif. Dunia pendidikan kita diharapkan dapat mewujudkan link and match (keterkaitan dan
kesepadanan) antara konten pendidikan dan kebutuhan industri.
Untuk mewujudkan keterkaitan dan kesepadanan ini, sudah sepatutnya antara
Kemendikbud bekerjasama dengan Kadin
dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang unggul, tentunya dengan
program-program tepat sasaran, sehingga siswa/mahasiswa menjadi pembelajar
seumur hidup, menjadi insan yang punya empati, kreatif, mampu berkomunikasi
(punya keterampilan komunikasi interpersonal), dan bisa berkolaborasi atau
bekerja dalam tim.
Karena faktanya, dunia industri kurang mengeluhkan karyawan yang kurang
pengetahuan atau kemampuan teknis, tetapi lebih mengeluhkan karyawan yang
kurang inisiatif, tak bisa bekerja dalam tim, tak percaya diri dalam mengambil
keputusan, tidak komunikatif dalam mengutarakan ide, dan tidak disiplin
menghargai waktu.
Untuk mendukung terwujudnya SDM unggul agar Indonesia produktif, Kadin Indonesia bersama dengan serikat
pekerja dan dunia pendidikan menciptakan sebanyak-banyaknya “tenaga siap pakai”
dengan kualifikasi internasional. Dan bersama dengan pengusaha kreatif, Kadin menciptakan sebanyak-banyaknya
“inovasi dan teknologi siap pakai”, sehingga sangat diharapkan dengan
kolaborasi ini maka jumlah pengangguran di tanah air bisa ditekan hingga se
minimal mungkin berkat pendidikan dan pelatihan yang tepat guna.
Tidak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi yang luar biasa akan menciptakan
bidang kerja yang belum terbayang di saat sekarang dan perlu diantisipasi agar
para lulusan siap menghadapi jenis pekerjaan baru yang lebih menantang dan
membutuhkan teknologi tinggi dan kemampuan inovasi.
Untuk itu Kemendikbud dan Kadin
harus mampu berkolaborasi menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang
unggul karena punya komitmen belajar sepanjang hayat (long-life learning), serta memiliki soft skill dan etika. Sehingga Indonesia produktif memiliki sumber
daya manusia yang tidak hanya bekerja di bidang industri, tetapi mampu juga
menjadi wirausahawan sejati, sehingga pengangguran pun berkurang.