Hutan Papua, Satu-Satunya Hutan Konservasi Yang Tersisa di Indonesia. Mari Selamatkan Hutan Papua! |
Papua, seperti kata Pak Joko
Widodo, merupakan Surga Kecil yang jatuh dari langit ke wilayah Indonesia,
sehingga harus kita jaga dan lestarikan, baik itu alamnya, sumber daya yang ada
di dalamnya, hingga sumber daya manusia yang menghuni tanah Papua harus
berdamai dan bersinergi dalam menjaga keutuhan tanah Papua hingga
selama-lamanya.
Siapa yang tidak kenal
Papua? Sekilas kita memang dihadapkan pada provinsi paling timur yang selama
ini dikenal dengan konflik yang berkelanjutan, kenapa? Karena Pemerintah sebelumnya
selalu meng-anaktirikan Papua dalam
hal pembangunan.
Padahal di Provinsi yang
melahirkan sosok pahlawan yang menghiasi lembaran mata uang Rp. 10.000, Frans
Kaisiepo ini menyimpan sumber daya alam yang kaya raya dan juga keindahan alam
yang layak dijual dan dijadikan destinasi wisata dalam upaya pemerintah untuk
menggalakkan sektor Parawisata sebagai penyuplai devisa bagi negara. Kenapa
tidak diberdayakan?
Ada Sedikit Persamaan Danau Toba dengan Puncak Beo Raja Ampat Papua Dari Segi Keindahan |
Papua itu Indonesia yang
memiliki potensi alam luar biasa indahnya dan masih terjaga dan asri, adat
istiadat dan budaya yang sangat beragam dan menarik, hingga kekayaan alam yang
kelak tidak akan habis apabila mampu kita jaga dengan baik.
Ada Kepulauan Raja Ampat,
Bird Watching Rhepang Muaif, Lembah Baliem, Danau Sentani, Pantai Bosnik,
Pegunungan Arfak, Puncak Jaya atau Carstensz Pyramid, Air Terjun Kiti-Kiti dan
Warfasak, Taman Nasional Lorentz, Taman Nasional Teluk Cendrawasih, hingga
Hutan Tropis di setiap penjuru wilayah Papua merupakan anugerah dari Tuhan yang
harus kita syukuri.
Menjelajahi Hutan Papua, Impian Ketika Menginjakkan kaki di Papua |
Untuk itulah Papua berdaya!
Maka Papua diharapkan tidak hanya menjadi destinasi wisata yang dikembangkan
oleh pemerintah, terbukti dengan kesibukan Presiden Joko Widodo yang sering
blusukan ke tanah Papua, memberikan keteladanan kepada warga Papua agar semangat
membantu program pemerintah demi percepatan pembangunan, baik itu infrastruktur
maupun pembangunan sumber daya manusia yang mandiri, berpendidikan dan
bermartabat, sehingga dapat mengejar ketertinggalan dari daerah lain.
Pemerintah pusat membuka
akses pembangunan seluas-luasnya agar Papua nantinya menjadi propinsi yang
mampu menjaga, melestarikan dan mengolah sumber daya alam yang berlimpah di propinsi
paling luas wilayahnya di Indonesia ini.
Luas Provinsi Papua kurang
lebih 410.660 Km2 atau merupakan 21% dari luas seluruh wilayah Indonesia. Jadi
sangat heran apabila keindahan alamnya dibiarkan begitu saja dan tidak dikelola
dengan baik untuk menyumbang devisa bagi negara kita.
Lebih dari 70% masih
tertutup oleh hutan-hutan tropis yang memungkinkan para wisatawan lokal maupun
mancanegara datang untuk berwisata ke negeri indah ini.
Mungkin kita hanya mengenal Raja
Ampat, sebagai destinasi wisata yang sudah mendunia, pun dengan keindahan Danau
Sentani, cita rasa Kopi Amungme, atau kerajinan tradisional suku Kamoro yang
sudah melekat di otak kita, padahal Papua tidak hanya itu saja.
Air Terjun Sasnek, keindahan tiada tara di Bumi Cendrawasih, mari lestarikan! |
Ada kelompok suku lain yang
tetap mempertahankan ciri khas suku mereka di pedalaman-pedalaman Papua,
seperti Jayawijaya, Merauke, Yapen Waropen, Paniai dan Kepala Burung yang
kesemuanya masih tetap mempertahankan kebudayaan aslinya secara utuh dan sulit
dipengaruhi oleh kebudayaan luar.
Pemerintah Daerah Papua dan
Papua Barat bersinergi untuk tetap menjaga wilayah tutupan hijaunya agar tetap
lestari, sehingga julukan hutan tropis terbesar ketiga di dunia tetap terjaga,
sehingga bisa menjadi obyek wisata plus mampu meningkatkan potensi ekonomi
daerah bagi masyarakat setempat.
Papua sudah berbenah untuk
menunjukkan kepada dunia luar bahwa di provinsi yang berdekatan dengan
Australia ini mampu mendulang devisa bagi pertumbuhan dan pembangunan di Papua
berkat keindahan alam yang layak untuk dijual dan menarik minat para turis
dunia.
Pemerintah Indonesia telah
menargetkan untuk meraih investasi hijau hingga Rp 1,3 triliun dalam lima tahun
ke depan, sebagaimana termuat dalam Rencana Pembangunan Hijau, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Bahkan, Kementerian
Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi telah menargetkan pertumbuhan
ekonomi Papua sebagai yang tertinggi, dari 5,95% pada tahun 2020 menjadi 7,69%
di tahun 2024.
Pemerintah Papua dan Papua
Barat telah menyusun target Pertumbuhan Hijau, dimana 70% alamnya harus
dilindungi, sementara 30% areanya dimanfaatkan agar masyarakat Papua tetap
hidup berdampingan dengan alam. Ini sangat realistis mengingat pertumbuhan
ekonomi dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih berada di
rata-rata 4,33% sejak 2013 hingga 2018.
Namun, walau mengejar
pertumbuhan ekonominya, Papua tetap menegaskan komtimen untuk menjaga hubungan
antara masyarakat, hutan dan habitat di dalamnya, serta laun dan isinya demi
menyelamatkan konservasi dunia dan menjaga kelestarian hutan demi masa depan
anak cucu kita, sehingga tekad menjadikan Papua destinasi wisata hijau
benar-benar terwujud.
Infrastruktur yang sudah
jadi, seperti jalan trans, tol, hingga pembangunan pasar-pasar rakyat, layanan
kesehatan, pendidikan dan jembatan serta pelabuhan sudah jadi, sekarang
bagaimana agar sinergi antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam menjaga
infrastruktur dan hutan Papua, itulah tugas yang harus diemban dan benar-benar
terlaksana di Bumi Cendrawasih.
Bayangkan, di Bumi
Cendrawasih kita akan menemukan segala keindahan alam dan keanekaragaman budaya
mereka. Bayangkan, ada 250 lebih macam bahasa daerah sesuai dengan kelompok
suku yang diidentifikasi ada di Papua. Mereka adalah orang asli Papua yang
tetap ada sampai sekarang.
Belum lagi keanekaragaman
Flora dan Fauna yang hidup di alam Papua, seperti : Auranlaris, librocolnus,
grevillea, ebny-dium, dan lainnya. Di Papua terdapat flora alam yang pada saat
ini dalam proses pengembangan baik secara nasional maupun internasional, yaitu
sejenis Anggrek yang termasuk di dalam Farmika Orctdacede yang langka di dunia.
Anggrek alam Papua tumbuhnya
terbesar dari pantai lautan rawa sampai ke pegunungan, umumnya hidup sebagai
epihite menempel pada pohon-pohon maupun di atas batu-batuan serta di atas
tanah, humus di bawah pohon primer yang seharusnya menjadi nilai jual tinggi
bagi para turis yang datang ke Papua.
Sementara untuk Flora, bumi
cendrawasih memiliki keunikan, banyak jenis hewan yang ada di sumatera atau
jawa tetapi tidak hidup di Papua dan sebaliknya. Jenis hewan langka yang ada di
Australia pasti ada di Papua, seperti Kanguru, kasuari, Mambruk, dan lainnya,
sehingga ngapain kita capek-capek ke Australia? Mending ke Papua!
Belum lagi keindahan burung
Cendrawasih yang merupakan burung tercantik di dunia? Selain itu ada burung
Mambruk, Kasuari, Kakatua dan lainnya yang memberikan corak tersendiri untuk
keindahan dan hewan-hewan tersebut harus dilindungi agar tidak punah dan
tinggal sejarah nantinya, tetapi dilestarikan untuk anak cucu kita!
Jenis fauna laut Papua juga
sangat banyak dan beranekaragam, misalnya Ikan Cakalang, ikan Hiu, Udang dan
sejenis ikan lainnya yang memang membuat Papua memiliki kekayaan alam tiada
duanya di dunia ini.
Sehingga, tidak heran
apabila Presiden Jokowi bolak-balik ke Papua untuk memastikan keamanan,
kenyamanan dan pembangunan Papua yang menjadi prioritas beliau.
Beliau ingin menghilangkan stigma negatif dan mindset yang selama ini beredar jika bumi Cendrawasih adalah bumi
yang tidak pernah aman dari gejolak, bumi yang selalu bergolak dengan berbagai
kepentingan.
Tugas selanjutnya tentunya
menjaga Taman Nasional Lorentz yang merupakan perwakilan dari ekosistem
terlengkap untuk keanekaragaman hayati di Asia Tenggara dan Pasifik.
Kawasan ini juga merupakan
salah satu dari tiga kawasan dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis. Membentang dari puncak gunung yang
diselimuti salju (5.030 meter dpl), hingga membujur ke perairan pesisir pantai
dengan hutan bakau dan batas tepi perairan Laut Arafura.
Dalam bentangan ini,
terdapat spektrum ekologis menakjubkan
dari kawasan vegetasi alpin, sub-alpin,
montana, sub-montana, dataran rendah dan lahan basah. Selain memiliki
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terdapat pula kekhasan dan keunikan
adanya gletser di Puncak Jaya dan
sungai yang menghilang beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Balliem.
Sebanyak 34 tipe vegetasi di
antaranya hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, pantai pasir
karang, hutan hujan lahan datar/lereng, hutan hujan pada bukit, hutan kerangas,
hutan penunungan, padang rumput dan lumut kerak merupakan keindahan tiada
duanya di bumi pertiwi ini.
Belum lagi jenis-jenis
tumbuhan di taman nasional Lorentz ini, seperti: Nipah (Nypa fruticans), Bakau (Rhizophora
apiculata), Pandanus julianettii,
Colocasia esculenta, Avicennia Marina, Podocarpus pilgeri, Nauclea
coadunata dan jenis satwa yang dilindungi sebanyak 630 jenis burung yang
menjadi ciri khas bumi Cendrawasih ada disini yang tentunya menantang kita
untuk berkunjung kesana dan menikmati semuanya itu.
Taman ini telah ditetapkan
oleh UNESCO dan Warisan Alam ASEAN sebagai Situs Warisan Alam Dunia dan
EcoNusa, karena memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan ditunjang oleh
keanekaragaman budaya yang mengagumkan.
Diperkirakan kebudayaan
tersebut telah berumur 30.000 tahun dan merupakan tempat kediaman suku Nduga,
Dani Barat, Amungme, Sempan dan Asmat dan kemungkinan masih dihuni oleh suku
terpencil di hutan belantara yang belum tersentuh oleh peradaban modern.
Suku Asmat yang terkenal
dengan keterampilan pahatan patungnya memiliki filosofi akan hutan dan pohon.
Mereka percaya jika batang pohon dilambangkan dengan tubuh manusia,
dahan-dahannya sebagai lengan, dan buahnya sebagai kepala manusia.
Sehingga mereka menganggap
pohon sebagai tempat hidup para arwah nenek moyang mereka. Inilah kebudayaan
mereka yang menghormati alam beserta isinya, seperti sungai dan gunung-gunung.
Kebudayaan yang tidak jauh beda dengan kebudayaan yang ada di Sumatera Utara.
Hal inilah yang menarik minat saya untuk membuat impian menjelajahi Papua atau Bumi
Cendrawasih.