Kamis, 26 Maret 2020

Menjaga Hutan Papua, Menyelamatkan Hutan Konservasi Dunia untuk Masa Depan Kita Bersama


Hutan Papua, Satu-Satunya Hutan Konservasi Yang Tersisa di Indonesia. Mari Selamatkan Hutan Papua!

Papua, seperti kata Pak Joko Widodo, merupakan Surga Kecil yang jatuh dari langit ke wilayah Indonesia, sehingga harus kita jaga dan lestarikan, baik itu alamnya, sumber daya yang ada di dalamnya, hingga sumber daya manusia yang menghuni tanah Papua harus berdamai dan bersinergi dalam menjaga keutuhan tanah Papua hingga selama-lamanya.
Siapa yang tidak kenal Papua? Sekilas kita memang dihadapkan pada provinsi paling timur yang selama ini dikenal dengan konflik yang berkelanjutan, kenapa? Karena Pemerintah sebelumnya selalu meng-anaktirikan Papua dalam hal pembangunan.
Padahal di Provinsi yang melahirkan sosok pahlawan yang menghiasi lembaran mata uang Rp. 10.000, Frans Kaisiepo ini menyimpan sumber daya alam yang kaya raya dan juga keindahan alam yang layak dijual dan dijadikan destinasi wisata dalam upaya pemerintah untuk menggalakkan sektor Parawisata sebagai penyuplai devisa bagi negara. Kenapa tidak diberdayakan?
Ada Sedikit Persamaan Danau Toba dengan Puncak Beo Raja Ampat Papua Dari Segi Keindahan
Papua itu Indonesia yang memiliki potensi alam luar biasa indahnya dan masih terjaga dan asri, adat istiadat dan budaya yang sangat beragam dan menarik, hingga kekayaan alam yang kelak tidak akan habis apabila mampu kita jaga dengan baik.
Ada Kepulauan Raja Ampat, Bird Watching Rhepang Muaif, Lembah Baliem, Danau Sentani, Pantai Bosnik, Pegunungan Arfak, Puncak Jaya atau Carstensz Pyramid, Air Terjun Kiti-Kiti dan Warfasak, Taman Nasional Lorentz, Taman Nasional Teluk Cendrawasih, hingga Hutan Tropis di setiap penjuru wilayah Papua merupakan anugerah dari Tuhan yang harus kita syukuri.
Menjelajahi Hutan Papua, Impian Ketika Menginjakkan kaki di Papua
Untuk itulah Papua berdaya! Maka Papua diharapkan tidak hanya menjadi destinasi wisata yang dikembangkan oleh pemerintah, terbukti dengan kesibukan Presiden Joko Widodo yang sering blusukan ke tanah Papua, memberikan keteladanan kepada warga Papua agar semangat membantu program pemerintah demi percepatan pembangunan, baik itu infrastruktur maupun pembangunan sumber daya manusia yang mandiri, berpendidikan dan bermartabat, sehingga dapat mengejar ketertinggalan dari daerah lain.
Pemerintah pusat membuka akses pembangunan seluas-luasnya agar Papua nantinya menjadi propinsi yang mampu menjaga, melestarikan dan mengolah sumber daya alam yang berlimpah di propinsi paling luas wilayahnya di Indonesia ini.
Luas Provinsi Papua kurang lebih 410.660 Km2 atau merupakan 21% dari luas seluruh wilayah Indonesia. Jadi sangat heran apabila keindahan alamnya dibiarkan begitu saja dan tidak dikelola dengan baik untuk menyumbang devisa bagi negara kita.
Lebih dari 70% masih tertutup oleh hutan-hutan tropis yang memungkinkan para wisatawan lokal maupun mancanegara datang untuk berwisata ke negeri indah ini.
Mungkin kita hanya mengenal Raja Ampat, sebagai destinasi wisata yang sudah mendunia, pun dengan keindahan Danau Sentani, cita rasa Kopi Amungme, atau kerajinan tradisional suku Kamoro yang sudah melekat di otak kita, padahal Papua tidak hanya itu saja. 
Air Terjun Sasnek, keindahan tiada tara di Bumi Cendrawasih, mari lestarikan!
Ada kelompok suku lain yang tetap mempertahankan ciri khas suku mereka di pedalaman-pedalaman Papua, seperti Jayawijaya, Merauke, Yapen Waropen, Paniai dan Kepala Burung yang kesemuanya masih tetap mempertahankan kebudayaan aslinya secara utuh dan sulit dipengaruhi oleh kebudayaan luar.
Pemerintah Daerah Papua dan Papua Barat bersinergi untuk tetap menjaga wilayah tutupan hijaunya agar tetap lestari, sehingga julukan hutan tropis terbesar ketiga di dunia tetap terjaga, sehingga bisa menjadi obyek wisata plus mampu meningkatkan potensi ekonomi daerah bagi masyarakat setempat.
Papua sudah berbenah untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa di provinsi yang berdekatan dengan Australia ini mampu mendulang devisa bagi pertumbuhan dan pembangunan di Papua berkat keindahan alam yang layak untuk dijual dan menarik minat para turis dunia.
Pemerintah Indonesia telah menargetkan untuk meraih investasi hijau hingga Rp 1,3 triliun dalam lima tahun ke depan, sebagaimana termuat dalam Rencana Pembangunan Hijau, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Bahkan, Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi telah menargetkan pertumbuhan ekonomi Papua sebagai yang tertinggi, dari 5,95% pada tahun 2020 menjadi 7,69% di tahun 2024.
Pemerintah Papua dan Papua Barat telah menyusun target Pertumbuhan Hijau, dimana 70% alamnya harus dilindungi, sementara 30% areanya dimanfaatkan agar masyarakat Papua tetap hidup berdampingan dengan alam. Ini sangat realistis mengingat pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih berada di rata-rata 4,33% sejak 2013 hingga 2018.
Namun, walau mengejar pertumbuhan ekonominya, Papua tetap menegaskan komtimen untuk menjaga hubungan antara masyarakat, hutan dan habitat di dalamnya, serta laun dan isinya demi menyelamatkan konservasi dunia dan menjaga kelestarian hutan demi masa depan anak cucu kita, sehingga tekad menjadikan Papua destinasi wisata hijau benar-benar terwujud.
Infrastruktur yang sudah jadi, seperti jalan trans, tol, hingga pembangunan pasar-pasar rakyat, layanan kesehatan, pendidikan dan jembatan serta pelabuhan sudah jadi, sekarang bagaimana agar sinergi antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam menjaga infrastruktur dan hutan Papua, itulah tugas yang harus diemban dan benar-benar terlaksana di Bumi Cendrawasih.
Bayangkan, di Bumi Cendrawasih kita akan menemukan segala keindahan alam dan keanekaragaman budaya mereka. Bayangkan, ada 250 lebih macam bahasa daerah sesuai dengan kelompok suku yang diidentifikasi ada di Papua. Mereka adalah orang asli Papua yang tetap ada sampai sekarang.
Belum lagi keanekaragaman Flora dan Fauna yang hidup di alam Papua, seperti : Auranlaris, librocolnus, grevillea, ebny-dium, dan lainnya. Di Papua terdapat flora alam yang pada saat ini dalam proses pengembangan baik secara nasional maupun internasional, yaitu sejenis Anggrek yang termasuk di dalam Farmika Orctdacede yang langka di dunia.
Anggrek alam Papua tumbuhnya terbesar dari pantai lautan rawa sampai ke pegunungan, umumnya hidup sebagai epihite menempel pada pohon-pohon maupun di atas batu-batuan serta di atas tanah, humus di bawah pohon primer yang seharusnya menjadi nilai jual tinggi bagi para turis yang datang ke Papua.
Sementara untuk Flora, bumi cendrawasih memiliki keunikan, banyak jenis hewan yang ada di sumatera atau jawa tetapi tidak hidup di Papua dan sebaliknya. Jenis hewan langka yang ada di Australia pasti ada di Papua, seperti Kanguru, kasuari, Mambruk, dan lainnya, sehingga ngapain kita capek-capek ke Australia? Mending ke Papua!
Belum lagi keindahan burung Cendrawasih yang merupakan burung tercantik di dunia? Selain itu ada burung Mambruk, Kasuari, Kakatua dan lainnya yang memberikan corak tersendiri untuk keindahan dan hewan-hewan tersebut harus dilindungi agar tidak punah dan tinggal sejarah nantinya, tetapi dilestarikan untuk anak cucu kita!
Jenis fauna laut Papua juga sangat banyak dan beranekaragam, misalnya Ikan Cakalang, ikan Hiu, Udang dan sejenis ikan lainnya yang memang membuat Papua memiliki kekayaan alam tiada duanya di dunia ini.
Sehingga, tidak heran apabila Presiden Jokowi bolak-balik ke Papua untuk memastikan keamanan, kenyamanan dan pembangunan Papua yang menjadi prioritas beliau.
Beliau ingin menghilangkan stigma negatif dan mindset yang selama ini beredar jika bumi Cendrawasih adalah bumi yang tidak pernah aman dari gejolak, bumi yang selalu bergolak dengan berbagai kepentingan.
Tugas selanjutnya tentunya menjaga Taman Nasional Lorentz yang merupakan perwakilan dari ekosistem terlengkap untuk keanekaragaman hayati di Asia Tenggara dan Pasifik.
Kawasan ini juga merupakan salah satu dari tiga kawasan dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis. Membentang dari puncak gunung yang diselimuti salju (5.030 meter dpl), hingga membujur ke perairan pesisir pantai dengan hutan bakau dan batas tepi perairan Laut Arafura.
Dalam bentangan ini, terdapat spektrum ekologis menakjubkan dari kawasan vegetasi alpin, sub-alpin, montana, sub-montana, dataran rendah dan lahan basah. Selain memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terdapat pula kekhasan dan keunikan adanya gletser di Puncak Jaya dan sungai yang menghilang beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Balliem.
Sebanyak 34 tipe vegetasi di antaranya hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar/lereng, hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan penunungan, padang rumput dan lumut kerak merupakan keindahan tiada duanya di bumi pertiwi ini.
Belum lagi jenis-jenis tumbuhan di taman nasional Lorentz ini, seperti: Nipah (Nypa fruticans), Bakau (Rhizophora apiculata), Pandanus julianettii, Colocasia esculenta, Avicennia Marina, Podocarpus pilgeri, Nauclea coadunata dan jenis satwa yang dilindungi sebanyak 630 jenis burung yang menjadi ciri khas bumi Cendrawasih ada disini yang tentunya menantang kita untuk berkunjung kesana dan menikmati semuanya itu.
Taman ini telah ditetapkan oleh UNESCO dan Warisan Alam ASEAN sebagai Situs Warisan Alam Dunia dan EcoNusa, karena memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan ditunjang oleh keanekaragaman budaya yang mengagumkan.
Diperkirakan kebudayaan tersebut telah berumur 30.000 tahun dan merupakan tempat kediaman suku Nduga, Dani Barat, Amungme, Sempan dan Asmat dan kemungkinan masih dihuni oleh suku terpencil di hutan belantara yang belum tersentuh oleh peradaban modern.
Suku Asmat yang terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya memiliki filosofi akan hutan dan pohon. Mereka percaya jika batang pohon dilambangkan dengan tubuh manusia, dahan-dahannya sebagai lengan, dan buahnya sebagai kepala manusia.
Sehingga mereka menganggap pohon sebagai tempat hidup para arwah nenek moyang mereka. Inilah kebudayaan mereka yang menghormati alam beserta isinya, seperti sungai dan gunung-gunung. Kebudayaan yang tidak jauh beda dengan kebudayaan yang ada di Sumatera Utara. Hal inilah yang menarik minat saya untuk membuat impian menjelajahi Papua atau Bumi Cendrawasih.
Yah, kesohoran dan kekayaan alam yang ada disana, sangat menarik minat untuk bermimpi berkunjung ke ekowisata Papua. Selain melihat keindahan alamnya, juga untuk mengenal lebih dekat budaya dan berbagai kerajinan yang telah mereka buat. Mari berwisata ke bumi EcoNusa Cendrawasih ini, mari kita rasakan alam Papua setelah mendapatkan pembangunan yang layak, terutama hutan Papua!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar