Penguatan Pendidikan Perempuan Indonesia Harus Benar-Benar Terwujud Menuju Indonesia Sejahtera |
“Dari kaum perempuanlah manusia itu
pertama-tama menerima pendidikan. Di pangkuan perempuanlah seseorang mulai
belajar merasa, berpikir, dan berkata-kata”
Sepenggal kalimat dalam surat Raden Ajeng Kartini, pelopor pejuang
emansipasi perempuan Indonesia membuat sebuah tuntutan adanya persamaan
martabat dan derajat antara laki-laki dan perempuan. Di masa hidupnya, Raden
Ajeng Kartini melihat dan merasakan sendiri bagaimana pahitnya kehidupan
perempuan, terkhusus dalam hak mendapatkan hak pendidikan.
Aslinya, pendidikan di zaman itu khusus hanya untuk perempuan-perempuan
berdarah biru alias kaum bangsawan. Hingga Raden Ajeng Kartini sendiri mengubur
mimpinya untuk mendapatkan beasiswa belajar kejuruan di Belanda. Dia dan Roekmini,
adiknya akhirnya gagal belajar ke Belanda. Kartini menikah dengan Bupati
Rembang, Raden Adipati Djojo Adiningrat.
Kegagalan Raden Ajeng Kartini untuk belajar di Belanda dan di berbagai
tempat seperti cita-citanya tidak mungkin terkabulkan karena adanya kekangan
dan batasan-batasan dari orangtuanya.
Diskriminasi hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan inilah yang
mencoba di hancurkan oleh Kartini lewat gagasan dan idenya yang dia tuangkan
dalam bentuk tulisan dan surat-surat yang dia kirim ke sahabat-sahabatnya,
khususnya Mr Abendanon yang akhirnya menerbitkan surat-surat Kartini menjadi
buku berjudul “Door Duisternis Tot Licht”
(Melalui Alam Gelap Menuju Dunia Terang), terbit April 1911.
Lantas bagaimana hasil perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam menuntut
kesetaraan hak dan kewajiban, terutama dalam hal pendidikan bagi kaum
perempuan? Apa hasil perjuangan untuk mendapatkan hak pendidikan bagi kaum
perempuan selama kurang lebih 116 tahun usai wafatnya Raden Ajeng Kartini?
Apakah seluruh perempuan Indonesia sudah mendapatkan hak pendidikannya?
Pendidikan untuk perempuan belum sepenuhnya dilaksanakan hingga ke
pelosok-pelosok nusantara. Masih banyak kita lihat kasus-kasus diskriminasi
pendidikan terhadap kaum perempuan tanah air. Padahal sejatinya, pendidikan
adalah kunci menuju sukses, apalagi khusus untuk perempuan yang bakal menjadi
ibu dari anak-anak yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini.
Ibu yang berpendidikan pastinya akan tau bagaimana mengarahkan anak-anak
mereka menjadi anak yang berpendidikan tinggi, bermartabat, memiliki pendidikan
karakter yang baik, hingga mampu menjadi pemimpin Indonesia di masa yang akan
datang.
Sejatinya, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak mendapatkan pendidikan dan
bimbingan. Disamping itu, keluarga merupakan wadah pertama dan utama bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan
menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula.
Keluarga merupakan wahana yang mampu menyediakan kebutuhan biologis dari
anak, dan sekaligus memenuhi kebutuhan pendidikan bagi mereka, sehingga
menghasilkan pribadi-pribadi yang dapat hidup dalam masyarakat sambil menerima
dan mengolah serta mewariskan kebudayaan.
Orang tua bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak dalam keluarga
sejak lahir hingga mereka menemukan jati diri mereka dan bertanggung jawab atas
tindakan mereka nantinya.
Ibu adalah orangtua pertama dan utama dalam keluarga, sehingga peranannya
sangat vital dan seharusnya dengan modal pendidikan yang mumpuni, baik itu
formal ataupun pelatihan-pelatihan yang profesional, bahkan pendidikan kejuruan
yang begitu pernah diidam-idamkan oleh Raden Ajeng Kartini harus benar-benar
direalisasikan demi terwujudnya perempuan Indonesia yang tangguh dan
berpendidikan yang mampu mengatasi segala permasalahan baik itu di lingkungan
keluarga maupun masyarakat.
Karena bukan rahasia umum lagi bahwa mewujudkan keluarga yang bermartabat
itu ketika seorang ibu dapat menutupi kekurangan akan kebutuhan rumah tangga,
khususnya masalah ekonomi. Sebab, runtuhnya atau goyangnya sebuah keluarga
ditenggarai oleh ketidakmampuan keluarga mengatasi masalah keuangan, karena
keluarga telalu mengandalkan suami.
Nah, sudah saatnya kolaborasi penting antar semua stakeholder pendidikan semakin diberdayakan, sehingga menguatkan
tekad untuk lebih meningkatkan pendidikan perempuan sebagai ujung tombak
penguatan karakter sumber daya manusia Indonesia, khususnya generasi muda bangsa
menuju Indonesia maju.
Ibu dan Anak, Ibu Harus Tangguh dan Berpendidikan, Sehingga Bisa Mendidik Anak dengan Baik |
Penguatan pendidikan bagi kaum perempuan sangatlah penting sehingga
perempuan Indonesia tidak hanya menjadi pekerja di dapur, bahkan hanya menjadi
tenaga kerja wanita di luar negeri yang mendapatkan perlakuan yang tidak adil
dari majikan mereka. Kesetaraan gender seperti yang di impikan oleh Raden Ajeng
Kartini harus benar-benar nyata adanya di seluruh pelosok tanah air.
Untuk mewujudkan penguatan pendidikan bagi kaum perempuan, maka
dibutuhkan komitmen dari seluruh pihak, tidak terkecuali oleh laki-laki sebagai
mitra dan juga sebagai kepala keluarga untuk memberikan ruang bagi perempuan
dalam berkreasi dalam mendapatkan pendidikan.
Seperti yang dilakukan oleh EduCenter, sebagai mall edukasi pertama di
Indonesia yang menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk mendukung
penyetaraan gender serta menguatkan peran perempuan di masyarakat luas, dengan
memberikan motivasi agar semua pihak membantu demi tercapainya penguatan
pendidikan bagi kaum perempuan di seluruh tanah air.
Semoga di tahun 2020 ini kita benar-benar bisa mewujudkan impian besar
dari Raden Ajeng Kartini yang menginginkan semua perempuan Indonesia memiliki
pendidikan yang baik sebagai bekal dalam mempersiapkan putra-putri terbaik
Bangsa Indonesia yang lahir dari rahim perempuan-perempuan Indonesia yang
tangguh dan berpendidikan, sepert isi surat Kartini kepada Nyonya Ovink-Soer
berikut ini:
“Bilamana pemerintah sungguh-sungguh mau membudayakan rakyat, maka baik
pendidikan ilmu pengetahuan maupun pendidikan budi pekerti harus dikerjakan
bersama-sama. Untuk yang terakhir ini, siapakah yang lebih mampu meningkatkan
budi pekerti dibandingkan kaum perempuan, kaum ibu? Di pangkuan ibulah orang
mendapat pendidikan yang pertama. Di situ anak untuk pertama kali belajar
merasakan, berfikir, dan bicara. Pendidikan yang paling awal itu besar artinya
bagi seluruh hidupnya.”
Dikutip dari buku “Kartini, Sebuah Biografi”, 1977, hal: 206.
#educenterid
#educenterid
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar