Belajar Informatika, Siswa akan diajarkan berpikit tingkat tinggi dan komputasional dalam menalar sebuah informasi atau berita untuk menangkal hoaks. sumber gambar: dokpri |
Jumlah penduduk Indonesia tahun 2019 diprediksi berkisar 267 juta jiwa,
sementara pengguna internet berjumlah 171,17 juta jiwa atau sekitar 64,8 persen
dari total jumlah penduduk Indonesia sudah terhubung dengan internet. Artinya,
masyarakat Indonesia masih menjadi lumbung pengguna pengguna media sosial
terbanyak. Apalagi berdasarkan survei We
Are Social di tahun 2017, 18 persen pengguna media sosial berusia 13 sampai
17 tahun, yang merupakan usia pelajar.
Faktanya, dari sumber berita Kompas.com, anak remaja sangat rentan
menjadi pelaku penyebaran hoaks atau berita bohong di jagat maya. Apalagi
masa-masa menjelang Pilpres dan pasca Pilpres kemarin, tensi tinggi
mengakibatkan terjadinya perang berita hoaks di media sosial. Dan beberapa
pelaku penyebaran hoaks yang berhasil ditangkap polisi ternyata masih berstatus
pelajar. Sungguh sangat memprihatinkan.
Disinyalir remaja mudah percaya pada hoaks karena anak muda memang
cenderung emosional. Disamping itu, kenyataan minat baca orang Indonesia yang
rendah menjadi faktor penyebab gampangnya sebuah berita yang menurut mereka
sensasional langsung disebarkan tanpa dibaca dengan detail apa isi beritanya.
Kenyataan inilah menjadi pendorong agar pemerintah, khususnya Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk memasukkan kembali mata pelajaran TIK atau
Informatika ke dalam Kurikulum 2013. Kebutuhan untuk menghasilkan “SDM Unggul
Indonesia Maju”, seperti tema Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-74 harus
direalisasikan dengan sumber daya manusia yang tidak terjebak oleh
berita-berita hoaks dan menjadi penyebar kebohongan tersebut.
Informatika, merupakan mata pelajaran pengganti TIK dan diberikan kepada
siswa dari tingkat SMP hingga SMA dan sekarang baru dalam tahap uji coba di
beberapa sekolah, karena belum seluruh wilayah nusantara ini telah tersambung
dengan internet. Jadi sembari menunggu terwujudnya pemerataan infrastruktur,
maka mata pelajaran Informatika baru tahap implementasi.
Lantas mengapa mapel Informatika sangat penting dan relevan dalam
mewujudkan “SDM Unggul Indonesia Maju”? Apa keunggulan mapel Informatika dalam
memberantas hoaks menuju suksesnya pembangunan nasional dengan modal persatuan
dan kesatuan bangsa?
Jawbannya jelas sangat bisa, karena dengan belajar informatika sejak SMP,
generasi muda kita dipersiapkan untuk menghadapi perkembangan teknologi yang
cepat dengan belajar STEM-C (Science, Technology Engineering Mathematics and Computational
Thingking). Artinya, siswa sejak dini diajarkan untuk berpikir kritis, dan
mulai berpikir terkomputerisasi yang terstruktur dan algiritmik.
Berpikir tingkat tinggi, mencerna sebuah informasi dengan pemikiran yang
luas, belajar untuk terbiasa membaca secara terstruktur, mencerna sebuah
informasi dengan menggunakan hati dan logika, meredam emosi dan lebih
menggunakan pemikiran dalam menyelesaikan sebuah persoalan adalah hal penting
yang sangat diharapkan setelah belajar Informatika ini.
“Selama ini dari segi keilmuan TIK belum terdistribusi dan tergambarkan
secara jelas kepada siswa. Maka dari itu kami sedang mengkaji khusus dari
keilmuannya agar lebih baik," begitulah penjelasan Kepala Pusat Kurikulum
dan Perbukuan (Puskurbuk) Kemendikbud Awaluddin Tjalla saat dihubungi Republika.co.id, (5/8) menjelaskan
perihal Informatika sebagai pelajaran baru yang bermafaat untuk menangkal
berita hoaks.
Peranan Informatika Menangkal
Hoaks
Hoaks merupakan ancaman terbesar dari keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Demokrasi Pancasila yang menjamin kebebasan bagi seluruh warga
negaranya dalam berpendapat menjadi ancaman terbesar, karena bisa disalah
artikan menjadi bebas memberikan informasi yang bohong sekalipun. Dan itu
terbukti dengan menyebarnya konten maupun informasi yang didesain hampir 100
persen benar, padahal itu adalah hoaks alias berita bohong.
Penyebaran berita hoaks melalui media sosial menjadi masalah terbesar di
negeri ini. Sungguh banyak contoh berita hoaks yang disebarkan menjadi awal kebencian
yang berujung pada kerusuhan. Oleh karena itu sudah menjadi peran kita untuk
memberantas hoaks dengan cara kita masing-masing.
Saya sebagai guru mata pelajaran Informatika, tetap optimis bahwa
generasi muda sekarang tidak akan gampang menyebarkan berita hoaks, karena generasi
muda sudah dipersiapkan berpikir komputasional. Artinya, berpikir kreatif dan
kritis dalam menyelesaikan persoalan dengan konsep algoritma.
Saring berita atau informasi atau gambar sebelum sharing, bijaklah
menggunakan media sosial merupakan ajakan baik demi memberantas berita hoaks
atau bohong.
Medan, 22 Agustus 2019