Peran Orangtua Sangat Menentukan tumbuh kembang anak usia dini, Oleh Karena Itu Sangat dibutuhkan peran Orangtua dalam mendidik anak. sumber: dokpri |
Keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung maupun
tidak langsung mampu memberikan pengaruh terhadap perilaku dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak. Tujuan pendidikan secara universal dapat dikatakan agar
anak Indonesia menjadi mandiri, dalam arti bukan saja dapat mencari nafkahnya
sendiri, melainkan juga mengarahkan dirinya berdasarkan keputusannya sendiri
untuk mengembangkan semua kemampuan fisik, mental, sosial, dan emosional yang
dimilikinya, sehingga dapat mengembangkan suatu kehidupan yang sehat dan
produktif, dengan memiliki kepedulian terhadap orang lain.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994, ada delapan fungsi
keluarga, yaitu: fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi
melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi
ekonomi dan fungsi pembinaan lingkungan. Diantara delapan fungsi tersebut,
terdapat beberapa fungsi yang vital harus diterapkan dalam mendidik anak sejak
usia dini, diantaranya fungsi agama, fungsi sosial budaya, serta fungsi
sosialisasi dan pendidikan.
Fungsi ini sangat penting perananya dalam membentuk karakter baik anak
sejak dini, disini juga terdapat fungsi yang berhubungan dengan pemberian
hukuman (punishment) dan pujian (praise) dalam proses perkembangan
seorang anak dalam keluarga, sebab dengan mendidik dan mensosialisasikan
perbuatan-perbuatan baik dalam diri anak oleh anggota keluarga seperti oleh
ayah, ibu, kakak, serta anggota keluarga lainnya, maka sang anak akan mengerti
mana perbuatan yang baik dan benar, serta mana perbuatan yang tidak baik dan
tidak perlu dicontoh.
Dalam mendidik, pasti ada hukuman dan pujian, karena mendidik dalam
keluarga, adalah proses pembentukan karakter anak, proses menyadarkan anak dari
tidak tahu menjadi tahu, mengerti, memahami dan bertindak mana yang baik dan
mana yang buruk serta patuh terhadap perintah, arahan, dan nasehat dari
orangtua maupun yang lebih tua disekitar anak yang membantu proses perkembangan
dan pertumbuhan jasmani serta rohani anak dalam proses pembentukan karakter
anak.
Pendidikan karakter menjadi hal yang sangat penting dan didengung-dengungkan
oleh Pemerintah, sehingga presiden Jokowi sendiri telah menginstruksikan agar
Penguatan Pendidikan Karakter digelorakan mulai dari keluarga hingga
sekolah-sekolah lewat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 tahun 2017.
Presiden percaya, karakter bangsa yang menjunjung tinggi akhlak mulia,
nilai-nilai luhur, kearifan, dan budi pekerti yan diajarkan mulai dari keluarga
hingga sekolah menjadi modal kuat Indonesia menjadi bangsa yang maju dan
dihormati oleh negara-negara lain.
Bentuk Peran Keluarga dalam Mendidik
Anak
Namun, kembali kita dihadapkan pada kenyataan adanya perbedaan persepsi,
terjadinya perbedaan visi dan misi antara orangtua dan guru saat
mendidik anak di era kekinian. Cara mendidik anak oleh kedua sosok yang
dipercaya untuk mendidik anak sangat berbeda sekali, sehingga muncul gesekan, miskomunikasi, bahkan tidak jarang
terjadi kekerasan verbal maupun fisik akibat sikap emosional orangtua yang
berujung pada kematian guru, akibat guru dianggap salah memberikan hukuman (punishment) saat kegiatan belajar
mengajar terjadi di sekolah.
Padahal seperti kita ketahui, mendidik anak di dalam keluarga, tidak
terlepas peran orangtua mengikuti perkembangan anak dari segi: (1) Fisik, berkaitan langsung terutama
dengan bagaimana memberikan makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal atau
suasana keluarga. Mengenai itu semua, prioritas orangtua hendaknya diletakkan
pada segi fungsionalnya, bukan pada estetiknya. (2) Moral, berkenaan dengan yang baik dan buruk. Karena itu.
Pelaksanaannya tidak mungkin dilepaskan dari iman. Sejak dini hal itu harus
ditanamkan dan tidak mungkin dibiarkan hingga anak dapat memilih sendiri.
(3) Intelektual, menunjuk pada
kemampuan abstraktif dan asosiatif. Anak harus dibimbing agar perlahan-lahan
dan sesuai dengan usianya dapat menangkap dan mengerti berbagai hal yang tidak
bendawi dan tampak secara langsung serta hubungan antar peristiwa. (4) Kultural, berhubungan dengan konstelasi
nilai pada umumnya. Manusia lahir selalu dalam budaya tertentu. Pertama-tama
hendaknya anak dibimbing untuk mengenal pandangan, harapan, dan cita-cita
masyarakat. Terhadap itu, orang harus berusaha menyesuaikan diri dan sekaligus
bersikap kritis.
Pendidikan Keluarga, Orangtua, Ayah dan Ibu Harus Mengajarkan Anak Sejak Dini dengan Pembelajaran Yang Memuat Nilai-Nilai Karakter Baik. Sumber: dokpri |
Jalin Komunikasi Baik, Cara
Ampuh Keluarga Mendidik Anak
Komunikasi adalah senjata yang paling bagus orangtua saat mendidik
anaknya. Setting bahwa anak adalah manusia yang pasif di usia remajanya, harus
dibantahkan ketika orangtua lebih banyak melakukan komunikasi, tetap menjaga
irama kedekatan, peduli (care),
sehingga waktunya tidak banyak tersita untuk bergaul dengan teman sebanyanya.
Dengan berkomunikasi lebih intens,
orangtua diharapkan mampu tetap menjaga komunkasi sehingga si anak tidak lebih
banyak bergaul dengan teman sebaya dan mengindahkan orangtua yang berujung pada
terjadinya konflik.
Sinergi Orangtua dalam Mendidik
Anak
Nah, untuk membentuk karakter anak dalam keluarga, maka salah satu bentuk
pekerjaan rumah orangtua tentunya mendisiplinkan anak, terutama sejak kecil.
Pendidikan disiplin sejak dini akan memberikan keuntungan bagi anak, mana yang
baik dan buruk, sehingga sangat diperlukan sebuah hukuman (punisment) agar si anak mengerti bahwa apa yang dia perbuat itu
baik atau benar? Jika salah? Maka ditanamkan sejak dini bahwa perbuatan salah,
akibatnya ada konsekuensinya, berupa hukuman dan jika benar? Maka anak akan
mendapatkan pujian atau reward.
Namun, kembali kita harus menyadari bahwa orangtua era sekarang, dalam
memberikan hukuman tidak seperti di eranya ketika mendapatkan hukuman dari
orangtua mereka. Zaman sudah berubah? Toh
juga perlakuan anak juga berubah, pemberian hukuman kedisiplinan sudah lebih
banyak condong ke: pemberian arahan dan nasehat-nasehat, dialog hati, memberi
contoh, hukuman dengan kasih sayang, bukan berupa hukuman fisik lagi (ditampar,
dipukul pakai lidi, di jewer, dsb), tetapi sudah dilimpahi dengan kata-kata
bijak dan bahkan dianjurkan untuk, “jangan
takut berbuah salah, ya nak!”, atau malah “tidak apa-apa, toh bisa diperbaiki atau diganti”, apabila anak
berbuat salah, bahkan dianjurkan untuk ‘berbuat
salah’.
Konsep Keluarga Memotivasi
Belajar Anak Usia Dini
Nah, untuk mendidik anak dalam keluarga, maka peran orangtua sangat
dibutuhkan dalam proses pembentukan otak anak dalam menangkap segala aktifitas
yang baik sebagai bekal tumbuh kembang anak.
Sebab pembentukan otak terjadi sebagai hasil interaksi antara pola
(cetakan biru = blueprint) genetik
dengan pengaruh lingkungan. Ciri organisasi dan pembagian sel otak sudah sejak
lahir sempurna, tetapi pertumbuhan otak melalui proses saraf ditingkatkan
melalui stimulasi dari lingkungannya. Bahkan, pertumbuhan tersebut bisa berhenti
sama sekali dan bahkan bisa hilang, apabila tidak ada stimulasi dari
lingkungnanya. Pada waktu lahir, otak manusia terdiri atas 100 – 200 miliar sel
otak. Setiap sel neuron tersebut siap untuk dikembangkan dan siap untuk
ditumbuhkan untuk memproses beberapa triliun informasi.
Car perkembangan sistem yang kompleks ini sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan intelegensi dan kepribadian maupun kualitas kehidupan sebagaimana
dialami individu yang bersangkutan. Meskipun saat lahir anak kita tidak
memiliki ide, konsep, tetapi konstitusinya memungkinkannya bereaksi terhadap
lingkungannya melalui saluran pengalaman yang dibawa sejak lahir (unconscious awareness).
Untuk itulah komunikasi dua arah tempat orang tua dan anak saling
menghayati pengalaman dua sisi akan menjadikan kejadian-kejadian bermakna dalam
kehidupan anggota keluarga, yang merupakan dasar fundamental bagi pertumbuhan
pribadi yang harmonis.
Ini adalah suatu keserasian yang menjadi tujuan pendidikan nasional dalam
perwujudan menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Dengan demikian, anak akan
terbantu oleh pendidikan keluarga mencapai perkembangan harmonis dan tangguh,
untuk lebih mampu menghadapi masa depan dengan kesiapan yang mencukupi sebagai
remaja dan orang dewasa di kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar