Tampilkan postingan dengan label pertaminalubicrants. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pertaminalubicrants. Tampilkan semua postingan

Selasa, 25 Agustus 2020

Upaya Pemerintah dan Kita Bersama Selamatkan Energi untuk Indonesia

 

Pidato Presiden Jokowi di Sidang Tahunan MPR, Point Pentingnya Ketahanan Energi Nasional Harus Tetap Dibangun Walau Kita Juga Harus Memerangi Pandemi Global. Sumber Gambar: Kabar24-bisnis.com

Tidak dapat dipungkiri, masalah air bersih, ketahanan pangan dan kebutuhan akan energi, adalah masalah pokok yang harus dituntaskan jikalau kita ingin Negara Kesatuan Republik Indonesia bisa berjaya dan maju dikancah dunia internasional. Pemerintahan sekarang tau betul akan hal itu, sehingga bertekad untuk menuntaskan masalah energi dengan memperkuat ketahanan serta mewujudkan kemandirian energi nasional.

Bagaimanakah caranya? Lagi-lagi Ir. Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, saat menghadiri sidang tahunan MPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (14/08/2020) kembali menyampaikan upaya pemerintah dalam mewujudkan ketahanan serta kemandirian energi Indonesia. Beliau mengatakan bahwa keberhasilan memproduksi B30 dari B20 sehingga mampu menekan nilai impor minyak, merupakan upaya nyata mewujudkan kemandirian energi nasional.

Dalam sidang tahunan MPR ini, kembali Presiden Jokowi menyampaikan RAPBN tahun 2021, dimana beliau menyampaikan bahwa saat ini Pertamina sedang gencar-gencarnya menciptakan katalis untuk pembuatan D100, bahan bakar diesel yang 100 persen pembuatannya dari minyak kelapa sawit. Jokowi menyebutkan, proyek ini akan menyerap minimal 1 juta ton sawit produksi petani untuk kapasitas produksi 20 ribu barel per hari.

Ini bakal menjadi berita bahagia tentunya bagi petani sawit. Bisa dibayangkan, jika hal ini terealisasi, maka akan betapa berjayanya para petani sawit di Indonesia, karena Pertamina butuh minimal 1 ton juta sawit per hari. Seharusnya ini menjadi kabar baik bagi 2,74 juta kepala keluarga petani sawit di Perkebunan Rakyat di seluruh Indonesia agar lebih serius dalam mengelola kebun sawitnya sehingga menghasilkan produktivitas sawit yang mampu memenuhi target dari Pertamina.

Sebab, tahun 2019 menurut data dari Katadata.co.id bahwasanya produktivitas petani sawit dari Perkebunan Rakyat secara nasional diperkirakan hanya mencapai 3,15 juta ton/ha, sedangkan produktivitas Perusahaan Besar Negara (PBN) sebesar 3,67 juta ton/ha, Perusahaan Besar Swasta (PBS) nasional 4,1 juta ton/ha dan PBS Asing 4,12 juta ton/ha. Sementara itu, menurut temuan Traction Energy Asia di Kalimantan Barat dan Riau, rata-rata tingkat produksi sawit Perkebunan Rakyat hanya mencapai separuh dari rata-rata tingkat produksi perusahaan sawit.

Sehingga kolaborasi antara Pemerintah dengan petani sawit sangat dibutuhkan dalam hal akses bibit berkualitas, cara pengolahan sawit yang benar, pendanaan yang tidak menyulitkan petani harus ditingkatkan sehingga produktivitas petani sawit mampu mengimbangi produksi Perusahaan Sawit.

Bahkan Pemerintah lewat Pertamina kembali serius-seriusnya mengadakan Hilirisasi Bahan Mentah. Apa dan bagaimana bentuk Hilirisasi Bahan Mentah yang dijanjikan oleh Presiden Jokowi? Hilirisasi merupakan proses mendekatkan hasil riset dan inovasi terhadap bahan mentah sebagai input proses industrialisasi. Hilirisasi perlu didukung oleh adanya industri dasar yang efisien untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau tentunya bahan setengah jadi.

Pertamina Telah Sukses Menerapkan B30 yang sebentar lagi akan meluncurkan produk B20, Biodisel Untuk Menjaga Energi Nasional kita. sumber: kemdikbud.go.id
 

Sumber daya alam yang menjadi Hilirisasi adalah Batu Bara yang telah diolah menjadi methanol dan gas. Termasuk beberapa kilang yang dibangun untuk mengolah minyak mentah menjadi minyak jadi.

“Biji nikel telah bisa diolah menjadi ferro nikel, stainless steel slab, lembaran baja, dan dikembangkan menjadi bahan utama untuk baterai lithium. Hal ini akan memperbaiki defisit transaksi berjalan kita, meningkatkan peluang kerja, dan mulai mengurangi dominasi energi fosil,” terang pak Jokowi.

Dengan demikian, hal ini akan membuat posisi Indonesia menjadi sangat strategis dalam pengembangan baterai lithium, mobil listrik dunia, dan produsen teknologi di masa depan.

"Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar. Pada usia ke-75 tahun ini, kita telah menjadi negara Upper Middle Income Country. 25 tahun lagi, pada usia seabad Republik Indonesia, kita harus mencapai kemajuan yang besar, menjadikan Indonesia Negara Maju," tutup pak Jokowi.

upaya-upaya Pemerintah ini harus kita dukung bersama sehingga kemandirian energi di masa mendatang benar-benar terwujud. Menteri BUMN, Erick Thohir kembali menjalin kerjasama dengan perusahaan di Uni Emirat Arab (UEA) dalam hal transfer teknologi dari negara kaya minyak bumi dengan Indonesia yang masih dalam proses mewujudkan negara yang memiliki ketahanan energi nasional.

Optimistis Pertamina Harus Kita Dukung Bersama dalam upaya Menciptakan Ketahanan Energi Nasional. sumber: pertamina.go.id
 

Kemandirian dalam mengelola energi merupakan keharusan, apalagi energi ramah lingkungan harus dihasilkan. Dan dalam waktu dekat, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Jawa Barat akan bisa dimanfaatkan tahun 2022. Lalu perusahaan energi terbarukan (EBT) Masdar yang berbasis di Abu Dhabi telah bermitra dengan PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI) dalam membangun PLTS Terapung Cirata berkapasitas 145 megawatt peak (MWp).

Dengan dana investasi pembangkit PLTS Terapung Cirata yang berkisar senilai USD129 juta, maka kehadiran PLTS ini akan menjadi sumber energi bertenaga surya terbesar di ASEAN setelah PLTS di Philipina, Cadiz Solar Powerplant sebesar 132,5 MW.

Ada beberapa cara dilakukan agar mampu Indonesia mampu keluar dari krisis energi, diantaranya dengan memperkuat cadangan energi nasional, tentunya dengan menyediakan cadangan energi operasional, kedua cadangan penyangga energi, disediakan untuk menjamin ketahanan energi nasional sejalan dengan kebijakan efisiensi energi nasional terutama melalui kebijakan subsidi BBM dan listrik yang tepat sasaran. Ketiga, cadangan strategis yakni sumber daya energi yang sudah diketahui lokasi, jumlah, dan mutunya yang dicadangkan untuk masa depan.

Minyak bumi, gas dan batubara masih akan terus mendominasi pemenuhan kebutuhan energi nasional. Di masa mendatang ketergantungan terhadap energi fosil harus diminimalisir melalui optimalisasi pemanfaatan Eneri Baru Terbarukan secara bertahap. 

Mixing energy antara energi fosil dan Energi Baru Terbarukan hanya dapat dilakukan dengan dukungan infrastruktur energi yang memadai, mengingat ketidaksesuaian antara persebaran sumber energi dan konsumen di Indonesia. 

Untuk merealisasikannya dibutuhkan regulasi yang mendukung, riset dan teknologi, investasi, maupun perubahan pola konsumsi masyarakat yang lebih hemat dan bijak untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis energi di masa mendatang.

Jadi marilah kita hemat energi dan mendukung penerapan program Biodisel (B20) demi ketahanan energi nasional.

Sumber artikel:

https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-outlook-energi-indonesia-2019-bahasa-indonesia.pdf

https://www.pertamina.com/id/news-room/news-release/hadapi-tantangan-pandemi-pertamina-optimis-kinerja-2020-positif

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/pertama-di-dunia-indonesia-terapkan-biodiesel-30-persen-b30

 

 

 

Kamis, 06 Februari 2020

Harapan Produk Pertamina, Fastron Jadi Jawaban Kebutuhan Akan Oli Masa Depan


Fastron Eco Green, Produk Pelumas Pertamina Oli Mobil Terbaik.

Patut mengancungkan jempol, bahkan dua jempol sekaligus ketika secara berurutan, pak Jokowi selaku Presiden terpilih mengangkat pak Erick Thohir dalam Kabinet Indonesia Maju 2019 – 2024 sebagai Menteri BUMN. Pengalaman yang cukup banyak dalam memimpin dan mengelola berbagai macam usaha, serta kesuksesan sebagai Ketua Panitia Pelaksana Asian Games (INASGOC) 2018 menjadi latar belakang pemantapan pak Erick untuk menduduki Menteri BUMN.
Ya, bukan rahasia umum lagi apabila BUMN harus dibenahi. Sehingga peran Erick Thohir untuk membersihkan BUMN sangat dibutuhkan. Pilihan Presiden memang sampai saat ini sangat tepat, dimana sang Menteri langsung juga mencari orang-orang yang tepat untuk menduduki anak perusahaan BUMN yang bermasalah, sebut saja Pertamina.
Untuk kembali memfokuskan dan mendobrak kinerja PT Pertamina (Persero), maka pak Erick Thohir mengangkat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi Komisaris Utama PT Pertamina. Beliau akan bekerja bersama dengan Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin dalam menggebrak Pertamina agar mampu menunjukkan tajinya dalam mengahasilkan energi terbarukan lewat produk-produk andalan Pertamina nantinya.
Baru beberapa bulan, gebrakan pak Ahok dan tim dalam perusahaan plat merah tersebut sudah tampak hasilnya, dimana beliau tampil jadi pembicara di forum internasional di Abu Dhabi. Ia berbicara dihadapan para pejabat dari negara lain, dan moderator dari penyelenggara Atlantic Council Global Energi Forum 2020.
Dalam pertemuan yang berlangsung di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab selama empat hari dari tanggal 10 – 12 Januari 2020 tersebut, pak Ahok yang mewakili Industri Pemerintah Indonesia yang mengelola kebutuhan minyak dan energi, menyampaikan cita-cita dan rencana kerja untuk mewujudkan penyediaan energi berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tentunya bukan hanya untuk Indonesia, tetapi jikalau memungkinkan akan menjadi sumber energi terbarukanbagi seluruh dunia dengan melimpahnya bahan baku komoditas sawit domestik.
Hanya sekedar informasi bahwa negara kita membutuhkan sekitar 1.500.000 barrel minyak per hari. Kebutuhan tersebut belum bisa sepenuhnya terpenuhi dari industri dalam negeri, karena kapasitas kilang kita saat ini hanya mampu memproduksi sekitar 755.000 barrel per hari. Inilah penyebab sehingga kita masih bergantung pada impor minyak dari luar negeri.
Fastron Eco Green untuk Kendaraan LCGC sumber: https://www.pertaminalubricants.com/news/read/3203
Lantas bagaimana agar energi dan minyak di negara kita terpenuhi? Solusi terbaik, tentunya pembangunan dan peremajaan kilang minyak agar produksi dalam negeri dapat ditingkatkan, plus produk turunan lainnya yang dihasilkan menjadi tidak perlu impor lagi. Diharapkan dengan pembangunan kilang minyak ini, maka masalah defisit minyak Indonesia dapat diatasi dengan baik.
Salah satu turunan produk dari Pertamina yang sangat vital fungsinya adalah minyak pelumas. Seperti kita ketahui, PT Pertamina Lubricants merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero), yang didirikan pada 23 September 2013 dan menerima pemisahan (spion-o) Unit Bisnis Pelumas PT Pertamina (Persero) pada 30 Oktober 2013.
Tujuan pendirian PT Pertamina Lubricants jelas untuk meningkatkan kekuatan bisnis Perseroan di bidang usaha pelumas pada masa mendatang, melalui cakupan bisnis di dalam dan di luar negeri.
Produk andalan dari PT Pertamina Lubricants yang harus mendunia dengan mencapai posisi sebagai Top 20 World Lubricants Company, serta menjadi pelumas masa depan dengan produk unggulan bernama Fastron.
Mendengar nama Fastron, maka yang ada di benak kita pastinya pelumas kendaraan roda empat yang memiliki berbagai varian, yaitu: Fastron Platinum, Fastron Gold, Fastron Techno, dan Fastron Diesel dengan SAE (Sociaty of Automotive Engineers) yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan pelumas dari berbagai tipe kendaraan. PT Pertamina Lubicrants telah meluncurkan produk baru yang diciptakan asli produk Indonesia, seperti oli Fastron SAE 10W-40 yang sudah digunakan oleh pabrik industri otomotif kelas dunia.
Buktinya, dengan ditunjuknya Pelumas Pertamina Fastron sebagai Technical Partner Lamborghini dalam ajang balap bergengsi GT3 dan Super Trofeo Championships di tahun 2020 dan 2021.
Keberhasilan ini tentunya menjadi program masa depan untuk terus memperkuat positioning Pertamina Lubricants di kancah bisnis global serta untuk menjaga keyakinan para pelanggan bahwa Pertamina Lubricants senantiasa berkomitmen untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi sebagai oil masa sekarang hingga untuk anak cucu kita.
Kerennya lagi, PT Pertamina Lubricants kembali meluncurkan produk pelumas sintetik mesin bensin berkinerja tinggi terbaru, Pertamina Fastron Eco Green Series untuk kendaraan Low Cost Green Car (LCGC), atau untuk kendaraan ramah lingkungan.
Fitur Fastron Eco Green Series ini, diantaranya tersedia dengan tingkat kekentalan SAE 0W-20 dan 5W-30. Performance sudah mencapai level API SN, ILSAC GF-5, Botol Generasi VII pertama dari Pertamina Lubricants yang dilengkapi dengan triple layer.
Belum lagi kemasan ukuran 3.5 L sesuai dengan kapasitas sump tank kendaraan LCGC dan dengan Nano Guard Technology, lebih unggul untuk LCGC. Kelebihan pelumas ini tentunya lebih unggul dibandingkan dengan oli lain dalam mencegah pembentukan deposit, memberikan kinerja tahan lama dalam segala kondisi berkendara, baik kecepatan tinggi, stop and go maupun lalu lintas yang padat.
Oli ini diyakini menjadi oli mobil terbaik hingga di masa yang akan datang, karena mampu memberikan perlindungan mesin secara maksimal. Mengapa? karena mempunyai kestabilan terhadap shear yang sangat baik dan menggunakan aditif berkinerja tinggi untuk mencegah keausan berlebih.
Tingkat penguapan pelumas yang rendah sehingga pemakaian pelumas lebih irit dan pelumasan optimal lebih terjamin, serta lebih unggul dalam mendukung efisiensi bahan bakar serta cocok dengan teknologi sistem emisi gas buang modern dan mampu beroperasi pada kondisi yang ekstrem sekalipun.
Pelumas Pertamina Fastron Eco Green hadir dengan dua spesifiaksi, pertama 0W-20 API SN dengan harga Rp. 250.000,- dan spesifikasi 5W-30 API SN ILSAC GF 5 dengan harga Rp. 235.000,- sangat cocok untuk para pengguna mobil LCGC yang peminatnya semakin tahun semakin meningkat, seperti mobil jenis Toyota Agya, Calya, Honda Brio, Daihatsu Alya Sigra, Datsun Go.
Syarat Agar Fastron Jadi Oli Mobil Terbaik
Dengan Pelumas Pertamina Fastron Eco Green pemilik kendaraan tentunya akan sangat merasa nyaman dan aman saat berkendara. Sekarang tinggal bagaimana agar Fastron Eco Green ini menjadi oli mobil terbaik di kelasnya hingga di kenal ke dunia internasional hingga di masa yang akan datang.
Menurut saya ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh PT Pertamina (Persero), khususnya Pertamina Lubricants agar produk-produknya laris manis dan menjadi oli masa depan tanah air maupun dunia internasional, diantaranya:
Pertama, melakukan promosi-promosi yang lebih kreatif dan bermanfaat. Memang biaya promosi pelumas Pertamina, seperti Fastron, Enduro, dan Mesran terbilang sangat kecil dibandingkan dengan kompetitor sejenis.
Biaya promosi pelumas Pertamina hanya berkisar Rp 82 per liter. Adapun pesaing Pertamina, seperti pelumas merek Top One, memiliki anggaran promosi Rp 558, Shell Rp 279, dan Castrol Rp 2.062 per liter. Untuk mendongkrak penjualan, maka jangan menganggap biaya promosi, buang-buang uang, tetapi menjadi salah satu cara untuk mendatangkan keuntungan dan menjadikan Pertamina pemain kelas dunia.