Kopi Kapal Api, Teman Setia Dikala Butuh Suasana Pencerah |
Kopi, memiliki filosofi hidup yang sangat dalam maknanya apabila kita resapi saat menyeruput
kopi. Rasa pahit merupakan simbol dari perjuangan hidup, kegigihan menghadapi
tantangan hidup hingga akhirnya berbuah manis, itulah intisari dari filosifi
kopi. Dibalik harumnya aroma kopi, tersimpan rasa pahit yang sangat mendalam,
tetapi hal itu bukan masalah karena kopi menyimpan sejuta kenikmatan yang dapat
memberikan manfaat bagi kehidupan kita.
Kopi, ntah bagaimana
ceritanya, menjadi komoditas produk yang paling digemari. Berburu biji kopi-pun
dilakukan sampai ke ujung dunia oleh para peneliti-peneliti kopi demi
mendapatkan biji kopi unggulan dengan cita rasa berbeda dan kualitas terunggul
untuk diteliti dan diolah hingga menlahirkan kopi nikmat yang memanjakan para penikmat kopi.
Indonesia sendiri
dikenal sebagai salah satu penghasil kopi kualitas terbaik dunia sejak
era penjajahan hingga sekarang. Bersaing dengan Brazil dan Vietnam, kualitas
biji kopi bawaan VOC dan ditanam dengan cara tanam paksa (cultuurstelsel) ternyata memang terbaik karena faktor tanah dan
cuaca. Struktur tanah di Indonesia yang subur dan juga daerah sub-tropis
menjadikan tanaman Kopi menjadi tanaman favorit di hampir seluruh daerah
Nusantara, semisal di Sumatera Utara, Aceh, Sulawesi, Jawa, Bali, Flores hingga
Papua adalah penghasil kopi terbaik Tanah Air.
Kopi Kapal Api
Namun, cita rasa kopi dari berbagai daerah Tanah Air penghasil kopi
tidaklah sama, seperti Kopi Sidikalang, Kopi Gayo (Aceh), Mandheling, Lintong
serta kopi dari Jawa (Java), Toraja atau Gowa serta kopi dari Bali atau Papua
tidaklah sama aroma dan rasanya. Oleh karena itu, maka para penjelajah dan
peneliti Kopi-pun berlomba-lomba melakukan survey dan penelitian terhadap
kualitas dan keunggulan Kopi Indonesia. Para peneliti kopi biasanya langsung
kepicut dengan cita rasa aroma saat biji kopi tersebut digongseng, baik itu
kopi arabika maupun robusta.
Tidak terkecuali bagi seorang almarhum Go Soe Loet, yang bakal dikenal
sebagai pendiri Kopi Kapal Api. Beliau adalah pelaut yang singgah dan menetap
di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Melihat geliat industri kopi yang bakal
memiliki prospek cerah, maka beliau mendirikan pabrik kopi bernama “Kopi BubukHap Hoo Tjan” tahun 1927 bersama dengan saudaranya Go Bie Tjong dan Go Soe Bin.
Pabrik penggorengan kopi tersebut dijual dengan menggunakan sepeda keliling
kampung disekitar Pelabuhan Perak untuk melayani para pelaut dan pedagang yang
singgah. Usaha ini berkembang dan berkembang sehingga anaknya, Soedomo
mencetuskan ide untuk membuat ‘kapal api’ jadi logo dari produksi kopi mereka.
Kopi Kapal APi, Jelas Lebih Enak dan Jelas Mampu Memberikan Semangat dan Inspirasi |
Karena kualitas yang dijaga, maka kopi gongseng ini makin diminati
sehingga perusahaan kecil tersebut berkembang menjadi pesat dan kopi bubuk ini
laris manis berkat kerja keras para karyawan sekitar 1.500 orang dan manajemen
perusahaan ala keluarga Go Soe Loet. Namun, mereka pecah kongsi dan Hap Hoo
Tjan bangkrut tahun 1981, sementara 1979, Soedomo Mergonoto, anak dari Goe Soe
Loet pasca pecah kongsi dengan saudara ayahnya, mendirikan perusahaan baru
bernama PT. Santos Jaya Abadi.