Senin, 30 November 2015

UKG, Tidak Seseram Yang Dibayangkan



para peserta UKG sedang mengerjakan soal-soal UKG


UKG (Uji Kompetensi Guru) yang tujuannya sangat bagus untuk mengetahui sejauh mana Kompetensi Guru, ternyata tidak seseram yang dibayangkan, karena sampai tanggal 27 November 2015 pelaksanaan UKG aman-aman dan tidak menimbulkan korban jiwa. Ini saya rasakan sendiri, sebagai guru mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) tidak terlalu risau dan khawatir ketika pertama kali UKG didengung-dengungkan. Memang sebagai tenaga pendidik maupun anak didik tidak terlepas dari yang namanya EVALUASI, apalagi dengan banyaknya tawaran kesejahteraan untuk Guru di era teknologi ini, searah dengan tuntutan agar pendidikan di negara kita maju tentunya dengan memperbaiki kualitas guru. Sebab ada anekdot yang mengatakan “Jika ingin pendidikan ini baik, maka kualitas guru harus baik, sebab Guru adalah Ujung Tombak Pendidikan!”.

Sejumlah tiga juta lima belas ribu tiga ratus lima belas Guru baik itu swasta maupun negeri, honorer, maupun guru bantu yang memiliki NUPTK telah selesai di UKG. Menurut saya masalah UKG yang saya jumpai di lingkungan sekolah tidaklah cukup banyak, pertama, masih banyaknya guru-guru yang usianya 50 tahun ke atas sehingga para guru ini merasa kesulitan dan kebingungan dalam mengerjakan soal online yang disediakan, karena mereka merasa tidak terbiasa mengerjakan soal dengan menggunakan media perangkat Teknologi yang bernama Komputer. Mungkin selama ini mereka mengerjakan soal di LJK dengan menggunakan pensil 2B, sementara tahun ini mengerjakan soal UKG dengan mengunakan seperangkat teknologi yang bernama Komputer, ada CPU, Monitor, Mouse dengan klik kanan dan kiri, Keyboard dengan jumlah huruf 26, angka 1-9, dan fungsi-fungsi keyboard yang belum atau tidak lazim digunakan oleh ibu-ibu, atau bapak-bapak yang sudah berusia 50 tahun ke atas. Nah, tugas sayalah sebagai guru TIK mengarahkan mereka dengan memberikan pelatihan-pelatihan gratis dalam penggunaan mouse dan keyboard saat berlatih di laman web http://ukgonline.org/soal.html.

Kedua, banyaknya isu-isu miring yang tidak jelas membuat para guru tidak nyaman dan merasa takut, adanya isu “jika nilai UKG tidak memenuhi standard yang ditentukan oleh Kmendikbud, maka tidak mendapat tunjangan Sertifikasi alias tunjangan Profesi Guru”, “Nilai dibawah standard artinya dibawah nilai 5,5 guru yang PNS akan dipensiun dinikan”, dan isu-isu lainnya yang tentunya memacu adrenalin para guru untuk terus belajar dan belajar mempersiapkan diri menghadapi UKG yang akan dilaksanakan bulan November. Benar saja, para guru yang muda maupun yang tua saling bekerjasama, mencari soal, memotocopy soal yang dia dapat, saling berbagi kisi-kisi soal dan tidak lupa untuk berlatih dan berlatih soal-soal UKG. Ada dua Kompetensi Guru yang diuji dalam UKG, yaitu Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional yang berisi soal-soal bidang kualifikasi akademik yang dikuasai oleh Guru bidang studi. 

Tanggal yang ditentukan untuk UKG bagi saya pun tiba waktunya, tepat Senin, 23 November 2015, pukul 10.00 Wib di SMK N2 Medan menjadi tempat saya dan teman-teman untuk mengikuti UKG. Berhubung karena UKGnya pukul 10, maka seperti biasa, saya pagi-pagi masih mengikuti Upacara Pengibaran Bendera setiap Senin. Setelah itu, masih mengajar dua les pertama untuk mendapatkan nilai praktek dari tugas TIK yang dikerjakan berkelompok dengan metode pembelajaran berbasis proyek untuk mencapai Kompetensi Dasar pada materi Desain Grafis, yaitu bagaimana pembuatan efek (tujuh) efek pada aplikasi Corel Draw, ada efek Blend, Counture, Distortion, Drop Shadow, Envelope, Extrude, dan Transparency pada Objek atau Teks, juga enam teknik Shaping (Teknik memotong atau menggabung dua objek yang saling bersinggungan) menjadi objek baru, ada teknik Weld, Trim, Intersect, Simplify, Back Minus Front, dan Front Minus Back. Tugas kelompok ini dibuat untuk mengantisipasi keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah, khususnya Lab. Komputer yang minim fasilitas komputer, sehingga siswa diarahkan untuk membuat efek dan teknik shaping tersebut dengan metode belajar berkelompok.

Karena jarak Sekolah dengan SMK N2 Medan tidaklah jauh, maka bel istirahat pertama, pukul 09.30 Wib berbunyi, saya langsung menuju parkiran dan berangkat dengan si hitam kesayangan saya. Tiba di SMK N2, langsung menuju tempat ujian di Lab. Komputer lantai 2. Disana, saya sudah melihat para peserta lain antri menunggu gelombang pertama selesai. Pukul 11.00 Wib, kami dipanggil berdasarkan nomor urut. Setelah mendapat tempat, kami diberi pengarahan oleh operator, dengan gaya yang sedikit nyentrik, operator bernama si Boy ini membeberkan prosedur mengisi nomor peserta, nomor validasi, tahap-tahap ujian yang akan diikuti, mulai dari latihan, menginstruksikan tanda soal yang sudah dikerjakan atau yang belum, mengerjakan uji kompetensi, hingga survey UKG.
Yang masih tersisa di benak saya adalah ketika operator nyentrik itu menginstruksikan bahwa menggunakan alat komunikasi tidak dilarang seperti Handphone, gagdet, ipad untuk mencari jawaban, kecuali berkomunikasi via HP di dalam ruangan. Sontak saja, saya lihat banyak teman guru memafaatkan moment ini untuk mencari jawaban dari soal yang muncul di layar monitor. Namun saya tidak tergoda, tetap semangat untuk mengerjakan soal-soal Pedagogik dan Profesional dengan kemampuan sendiri. Walau soal-soal yang muncul cukup sulit dengan pengecoh jawaban yang tinggi membuat saya kadang bingung dan mengabaikan soal dengan menekan SPACE untuk lanjut ke soal berikutnya. Jurus ampuh, mengerjakan soal yang mudah terlebih dahulu saya keluarkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Benar saja, dari 100 soal, 16 soal Pedagogik benar, 50 soal Profesional benar. Saya sangat bersyukur karena mampu mengerjakan soal UKG dan nilai saya diatas dari standard yang ditentukan. 
tampilan layar monitor untuk login mengerjakan soal UKG, masukkan Nomor Peserta dan Nomor Validasi

Akhirnya, kita para guru hanya pasrah dan menunggu kelanjutan dari UKG ini, karena sebenarnya hasil UKG ini nantinya hanya sebagai pemetaan dari penguasaan kompetensi guru (kompetensi pedagogik dan profesional) sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam bentuk kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
Juga sebagai entry point penilaian kinerja guru dan sebagai alat kontrol pelaksanaan penilaian kinerja guru. Program pengembangan keprofesian berkelanjutan dan penilaian kinerja guru wajib dilakukan setiap tahunnya sebagai persyaratan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Semoga !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar