Belajar adalah proses
membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman, Kolb (1986). Dalam
Kurikulum baru ini yang disebut dengan Kurikulum 2013, terutama dalam era
sekarang ini, era yang lebih dikenal dengan era Teknologi, pemanfaatan
perangkat-perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi pada saat proses belajar
mengajar adalah suatu harga mati, tidak dapat ditawar-tawar lagi, oleh karena
itu Guru sebagai profesi yang sudah Profesional harus mampu mengaplikasikan
metode pembelajaran dengan memanfaatkan perangkat Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang beragam jenisnya. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik, (menurut UU No. 14 tahun 2005: 2), terlebih lagi di
dalam kelas, Guru adalah kunci dalam
proses belajar mengajar, oleh karena itu peran seorang guru tidak dapat
digantikan figurnya oleh apapun dan siapapun, walau perkembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi sudah sangat begitu pesatnya, namun peserta didik
masih membutuhkan bimbingan dari sang Guru dalam proses Transfer Knowledge.
Sudah saatnya Guru berperan
sebagai agent of change dalam proses pendidikan di sekolah-sekolah
dengan memanfaatkan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi saat
mengadakan proses belajar mengajar. Metode belajar dengan hanya terfokus pada
ceramah guru sudah saatnya di tinggalkan dan beralih kepada metode pembelajaran
PAIKEM
GEMBROT (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan) ditambah lagi dengan
(Gembira dan Berbobot) dengan menggunakan perangkat-perangkat Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK), seperti yang sudah penulis lakukan di SMA
Negeri 13 Medan tempat penulis mengabdi. Namun pertanyaannya, sejauh mana
peranan guru-guru berlatar belakang TIK maupun perangkat TIK itu sendiri mampu
memberikan kontribusi terhadap prestasi peserta didik? Hal ini sangat perlu
dipertanyakan dan dijawab oleh para guru-guru TIK di Nusantara ini mengingat
adanya pro dan kotra perihal adanya mata pelajaran TIK di sekolah yang sudah
ada sejak tahun 200-an sampai keputusan kontroversial dengan menghapus matpel
TIK di Kurikulum 2013, padahal dalam kenyataannya disamping peran guru yang
sangat vital, peranan guru TIK dan juga perangkat TIK itu sendiri sangat vital
dalam suksesnya Kurikulum baru ini.
Pendidikan
Berbasis ICT
ICT (Bahasa Inggris : Information and Communication
Technologies) adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh
peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. Menurut Wikipedia,
TIK (ICT) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi
Komunikasi. Teknologi Informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan
proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
Sedangkan Teknologi Komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang
satu ke lainnya. Sehingga Teknologi Informasi dan Komunikasi memiliki peran
yaitu sistem yang menggunakan Teknologi Komputer untuk mengumpulkan, memproses,
menyimpan, menganalisis dan menyebarkan informasi. Intinya, Perangkat Teknologi
dan Perangkat Komunikasi adalah sebagai alat pelengkap bagi guru dalam
melaksanakan komunikasi dua arah (two
ways communication) yang berlangsung dalam proses pembelajaran (Suparman,
2004). Baik itu pembelajaran jarak jauh (distance
learning), maupun pembelajaran didalam kelas (face to face).
Di SMA Negeri 13 Medan,
kebijakan memanfaatkan perangkat ICT dalam mengoptimalkan model atau metode
pembelajaran oleh guru dalam menyampaikan materi ajar sudah mulai dilaksanakan
mulai tahun 2011 yang lalu, dimana disetiap kelas sudah disediakan Infokus, sehingga
guru sudah mulai menggunakan laptop untuk mengajar. Peranan guru TIK juga
sangat dioptimalkan, khususnya saya dalam mendampingi guru-guru yang sudah
mulai berumur maupun yang kurang paham dalam membuat bahan ajar berbasis
aplikasi, seperti: Ms. Power Point, Ms. Word, Ms. Excel, dan Macromedia Flash,
juga saat menghubungkan kabel Infokus ke Laptop. Dalam mengajar, saya juga
menggunakan perangkat ICT dalam mengajar, khususnya di kelas X, XI dan XII.
Memang sangat terasa perbedaannya ketika kita mengajar dengan metode ceramah,
maupun dengan metode hanya mencatat di papan tulis dengan mengajar dengan
metode praktek dengan terlebih dahulu menjelaskan materi dengan menampilkan
bahan ajar dengan media laptop yang disambungkan ke Infokus. Dalam pelajaran
apapun, penggunaan perangkat TIK ini sangat lebih efisien, lebih optimal dan
lebih mampu mengeksplorasi minat belajar peserta didik. Kegiatan Pendahuluan,
kegiatan Inti dan Penutup saat proses pembelajaran berlangsung akan lebih
menarik, jika guru mampu menampilkan metode pembelajaran yang lebih menarik dan
lebih mendalam dari materi yang disampaikan saat proses pembelajaran
berlangsung.
Didalam Kurikulum 2013, guru
diharapkan harus lebih kreatif, aktif dan inovatif dalam memodifikasi model dan
metode pembelajarannya didalam kelas, jika tidak ingin didikte oleh peserta
didik. Proses pembelajaran yang berlangsung harus menggambarkan pengalaman
peserta didik dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan melalui kegiatan
5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan), oleh karena itu hendaknya dalam kegiatan Pendahuluan
(Apersepsi), guru (yang saya lakukan) adalah mempersiapkan fisik dan mental
peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran, ini bisa dilakukan, jika les
pertama masuk, mengecek kebersihan kelas. Karena di sekolah kami, 15 menit
sebelum masuk les pertama, peserta didik di sekolah kami mengadakan ibadah
(yang memeluk agama Islam membaca Ayat suci Al’Quran didalam kelas, yang
beragama Kristen di ruangan tersendiri melaksanakan ibadah singkat dan membaca
Alkitab), ini melatih IMTAQ (Iman dan Taqwa) untuk
mengantisipasi sisi negatif dari IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
yang mereka dapat saat proses belajar mengajar. Setelah Ibadah, maka guru (yang
saya lakukan) adalah memberikan motivasi dan tujuan pembelajaran, ini bisa
dilakukan dengan menayangkan video-video motivasi yang bisa kita dapatkan dari
Internet, misalnya: download dari www.youtube.com
atau search di mesin pencari semodel www.google.com.
Contoh video motivasi yang
sangat menyentuh kelas XII (dua belas) pada mata pelajaran Desain Grafis adalah
video kisah “Ilustrasi Pipo vs Embro”, dimana dalam video animasi tersebut,
dikisahkan bagaimana cara dua orang, si Pipa dan si Ember dalam mencapai tujuan
hidupnya masing-masing. Membedakan sukses dengan cara instant dan sukses dengan
cara lambat. Setelah itu, baru guru melangkah ke Kegiatan Inti, dimana guru
harus mampu menggunakan pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses
keilmuan yang merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis
dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Disini saya menjelaskan
materi dan diakhir pertemuan saya akan jelaskan apa yang akan mereka laksanakan
selama kurang lebih dua minggu ke depan, yaitu melaksanakan pembelajaran
berbasis Proyek (Project Based Learning). Metode pembelajaran ini akan terfokus
kepada peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah yang saya berikan.
Contoh: pada materi Desain Grafis dengan menggunakan aplikasi Corel Draw
(aplikasi pengolah vektor), saya membagi peserta kelompok menjadi tujuh
kelompok untuk memecahkan masalah pengertian efek-efek yang ada pada Corel Draw,
yaitu: Efek Blend, Countour, Distortion, Drop Shadow, Envelope, Extrude dan
Transparensi. Setelah itu mereka berlatih sendiri bagaimana membuat sebuah efek
pada teks dan objek, satu efek satu kelompok, lalu dipresentasikan di depan
kelas dengan menggunakan aplikasi Ms. Power Point apa pengertian efek,
bagaimana membuatnya pada sebuah teks atau objek.
Hasil yang didapat, sungguh
sangat luar biasa, ternyata model pembelajaran dengan menggunakan perangkat IT
mampu mendorong keterampilan berpikir peserta didik dari tingkat rendah ke
tingkat tinggi. Melalui metode diskusi selama kurang lebih dua minggu, guru
(saya) melihat ada kekompakan, ada kerjasama untuk membuat presentasi dan hasil
desain efek lebih bagus dari yang guru minta. Jujur saja, hasil keterampilan
mereka lebih bagus, ulasan materi juga lebih dalam, bahkan ada peserta didik
yang menyertakan video tutorial pembuatan desain mereka saat presentasi. Ini
sangat membanggakan, High Order Thingking Skills untuk
melakukan analisis, evaluasi, serta mengkreasikan materi pembelajaran di dalam
presentasi mereka menjadi nilai plus yang merupakan kesimpulan dari metode
pembelajaran dengan menggunakan perangkat TIK dengan metode pembelajaran tidak
menggunakan perangkat TIK.
Kesimpulan
Penggunaan media Teknologi Informasi
dan Komunikasi juga sangat berperan penting menghantarkan SMA Negeri 13 Medan menjadi
Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional dan akan menuju Adiwiyata tingkat Mandiri.
Keberhasilan ini didukung oleh penggunaan Media Komunikasi dan Teknologi yang
tepat sehingga file fortopolio dapat terkirim dengan baik. Pengalaman saya
sebagai Admin yang mengurusi pembuatan fortopolio dengan didukung oleh
perangkat TIK mampu mengkomunikasikan keindahan sekolah kami hingga ke tingkat
Nasional. Kamera untuk merekam atau mengabadikan suatu momen penanaman pohon,
Jum’at bersih, penggunaan perangkat PC untuk pembuatan file-file, hingga
pengiriman berkas via E-mail sungguh menjadi nilai plus dari perkembangan
perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi ini.
Oleh karena itu sangat tidak
adil jika pemerintah dalam hal ini, Dinas Pendidikan tidak mengembalikan mata
pelajaran TIK menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Sebab, sangat miris
ketika murid tidak diajarkan dengan baik bagaimana cara/teknik atau etika dalam
menggunakan perangkat TIK dengan baik dan benar. Mengajarkan dasar yang baik
adalah tujuan pembelajaran TIK di sekolah. Bagaimana mungkin peserta didik
mampu belajar dengan baik, jika tidak ada guru, buku dan materi yang tersusun
dengan baik untuk dipraktekkan? Ketika murid tidak belajar komputer lagi, di
benak saya muncul sejuta pertanyaan, apa mungkin mereka ini bisa pintar dengan
autodidak? Jika pintar, apa jaminannya mereka tidak menyalah gunakan kemahiran
mereka ke hal-hal yang negatif? Sedangkan diajarkan aja etika penggunaan
perangkat TIK tetap ada yang membuly,
bahkan menghina dengan menyebarkan editan foto porno? Di belahan negara-negara
tetangga berlomba-lomba memodifikasi dan menerapkan pembelajaran berbasis TIK,
kenapa di Negara kita malah di hilangkan? Padahal Negara kita adalah urutan ke
tiga di Asia negara pengguna Sosial Media.
Adalah harapan besar saya
kepada para pemangku jabatan di Negeri ini, khususnya kepada Bapak Menteri
Pendidikan Menengah, Bapak Anies Baswedan untuk merevisi dan mengembalikan mata
pelajaran TIK ke asalnya, kami siap diberi tugas dan tanggung jawab yang lebih
besar, misalnya harus mengajar Sistem Operasi yang Open Source (bukan Windows),
mengajarkan program, misalnya: Visual Basic, membuat E-Learning, Blog, dll, sehingga
generasi yang kita dambakan bukan generasi yang gaptek atau yang tau membajak.
Semoga....!!!
Hasil Desain Grafis untuk membuat desain Mangkuk |
Oleh : Agus Oloan Naibaho, S. Kom.
Tulisan ini Saya Buat Untuk Mengikuti GURU BLOGGER INSPIRATIF 2014 @indiTIK
Peran Guru dalam Mengentaskan Gaptek, Semoga Bisa...!!! |
Proses belajar mengajar lebih hidup bila sudah mengikutsertakan unsur TIK. Salam kenal u/ para guru blogger inspiratif 2014.
BalasHapushttp://andrigunawanblog.blogspot.com/2014/11/sinergi-tangguh-pemanfaatan-e-library-e.html