Rabu, 12 November 2014

Peranan TIK Dalam Mengembangkan Minat Belajar Peserta Didik di SMA Negeri 13 Medan, Harus Bisa



Belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman, Kolb (1986). Dalam Kurikulum baru ini yang disebut dengan Kurikulum 2013, terutama dalam era sekarang ini, era yang lebih dikenal dengan era Teknologi, pemanfaatan perangkat-perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi pada saat proses belajar mengajar adalah suatu harga mati, tidak dapat ditawar-tawar lagi, oleh karena itu Guru sebagai profesi yang sudah Profesional harus mampu mengaplikasikan metode pembelajaran dengan memanfaatkan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi yang beragam jenisnya. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, (menurut UU No. 14 tahun 2005: 2), terlebih lagi di dalam kelas, Guru adalah kunci dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu peran seorang guru tidak dapat digantikan figurnya oleh apapun dan siapapun, walau perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi sudah sangat begitu pesatnya, namun peserta didik masih membutuhkan bimbingan dari sang Guru dalam proses Transfer Knowledge.
Sudah saatnya Guru berperan sebagai agent of change dalam proses pendidikan di sekolah-sekolah dengan memanfaatkan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi saat mengadakan proses belajar mengajar. Metode belajar dengan hanya terfokus pada ceramah guru sudah saatnya di tinggalkan dan beralih kepada metode pembelajaran PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan) ditambah lagi dengan (Gembira dan Berbobot) dengan menggunakan perangkat-perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), seperti yang sudah penulis lakukan di SMA Negeri 13 Medan tempat penulis mengabdi. Namun pertanyaannya, sejauh mana peranan guru-guru berlatar belakang TIK maupun perangkat TIK itu sendiri mampu memberikan kontribusi terhadap prestasi peserta didik? Hal ini sangat perlu dipertanyakan dan dijawab oleh para guru-guru TIK di Nusantara ini mengingat adanya pro dan kotra perihal adanya mata pelajaran TIK di sekolah yang sudah ada sejak tahun 200-an sampai keputusan kontroversial dengan menghapus matpel TIK di Kurikulum 2013, padahal dalam kenyataannya disamping peran guru yang sangat vital, peranan guru TIK dan juga perangkat TIK itu sendiri sangat vital dalam suksesnya Kurikulum baru ini.
Pendidikan Berbasis ICT
 ICT (Bahasa Inggris : Information and Communication Technologies) adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. Menurut Wikipedia, TIK (ICT) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan Teknologi Komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Sehingga Teknologi Informasi dan Komunikasi memiliki peran yaitu sistem yang menggunakan Teknologi Komputer untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis dan menyebarkan informasi. Intinya, Perangkat Teknologi dan Perangkat Komunikasi adalah sebagai alat pelengkap bagi guru dalam melaksanakan komunikasi dua arah (two ways communication) yang berlangsung dalam proses pembelajaran (Suparman, 2004). Baik itu pembelajaran jarak jauh (distance learning), maupun pembelajaran didalam kelas (face to face).
Di SMA Negeri 13 Medan, kebijakan memanfaatkan perangkat ICT dalam mengoptimalkan model atau metode pembelajaran oleh guru dalam menyampaikan materi ajar sudah mulai dilaksanakan mulai tahun 2011 yang lalu, dimana disetiap kelas sudah disediakan Infokus, sehingga guru sudah mulai menggunakan laptop untuk mengajar. Peranan guru TIK juga sangat dioptimalkan, khususnya saya dalam mendampingi guru-guru yang sudah mulai berumur maupun yang kurang paham dalam membuat bahan ajar berbasis aplikasi, seperti: Ms. Power Point, Ms. Word, Ms. Excel, dan Macromedia Flash, juga saat menghubungkan kabel Infokus ke Laptop. Dalam mengajar, saya juga menggunakan perangkat ICT dalam mengajar, khususnya di kelas X, XI dan XII. Memang sangat terasa perbedaannya ketika kita mengajar dengan metode ceramah, maupun dengan metode hanya mencatat di papan tulis dengan mengajar dengan metode praktek dengan terlebih dahulu menjelaskan materi dengan menampilkan bahan ajar dengan media laptop yang disambungkan ke Infokus. Dalam pelajaran apapun, penggunaan perangkat TIK ini sangat lebih efisien, lebih optimal dan lebih mampu mengeksplorasi minat belajar peserta didik. Kegiatan Pendahuluan, kegiatan Inti dan Penutup saat proses pembelajaran berlangsung akan lebih menarik, jika guru mampu menampilkan metode pembelajaran yang lebih menarik dan lebih mendalam dari materi yang disampaikan saat proses pembelajaran berlangsung.
Gambar Proses Belajar dan Mengajar dengan Memanfaatkan Media TIK, Proses Penyampaian Materi Adiwiyata Kepada Sekolah Binaan dengan Model Presentasi, Peserta Didik dilibatkan dalam Presentasi Hasil Karya mereka dalam proses Belajar Mandiri.

Didalam Kurikulum 2013, guru diharapkan harus lebih kreatif, aktif dan inovatif dalam memodifikasi model dan metode pembelajarannya didalam kelas, jika tidak ingin didikte oleh peserta didik. Proses pembelajaran yang berlangsung harus menggambarkan pengalaman peserta didik dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan melalui kegiatan 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan), oleh karena itu hendaknya dalam kegiatan Pendahuluan (Apersepsi), guru (yang saya lakukan) adalah mempersiapkan fisik dan mental peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran, ini bisa dilakukan, jika les pertama masuk, mengecek kebersihan kelas. Karena di sekolah kami, 15 menit sebelum masuk les pertama, peserta didik di sekolah kami mengadakan ibadah (yang memeluk agama Islam membaca Ayat suci Al’Quran didalam kelas, yang beragama Kristen di ruangan tersendiri melaksanakan ibadah singkat dan membaca Alkitab), ini melatih IMTAQ (Iman dan Taqwa) untuk mengantisipasi sisi negatif dari IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang mereka dapat saat proses belajar mengajar. Setelah Ibadah, maka guru (yang saya lakukan) adalah memberikan motivasi dan tujuan pembelajaran, ini bisa dilakukan dengan menayangkan video-video motivasi yang bisa kita dapatkan dari Internet, misalnya: download dari www.youtube.com atau search di mesin pencari semodel www.google.com.
Contoh video motivasi yang sangat menyentuh kelas XII (dua belas) pada mata pelajaran Desain Grafis adalah video kisah “Ilustrasi Pipo vs Embro”, dimana dalam video animasi tersebut, dikisahkan bagaimana cara dua orang, si Pipa dan si Ember dalam mencapai tujuan hidupnya masing-masing. Membedakan sukses dengan cara instant dan sukses dengan cara lambat. Setelah itu, baru guru melangkah ke Kegiatan Inti, dimana guru harus mampu menggunakan pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan yang merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Disini saya menjelaskan materi dan diakhir pertemuan saya akan jelaskan apa yang akan mereka laksanakan selama kurang lebih dua minggu ke depan, yaitu melaksanakan pembelajaran berbasis Proyek (Project Based Learning). Metode pembelajaran ini akan terfokus kepada peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah yang saya berikan. Contoh: pada materi Desain Grafis dengan menggunakan aplikasi Corel Draw (aplikasi pengolah vektor), saya membagi peserta kelompok menjadi tujuh kelompok untuk memecahkan masalah pengertian efek-efek yang ada pada Corel Draw, yaitu: Efek Blend, Countour, Distortion, Drop Shadow, Envelope, Extrude dan Transparensi. Setelah itu mereka berlatih sendiri bagaimana membuat sebuah efek pada teks dan objek, satu efek satu kelompok, lalu dipresentasikan di depan kelas dengan menggunakan aplikasi Ms. Power Point apa pengertian efek, bagaimana membuatnya pada sebuah teks atau objek.
Hasil yang didapat, sungguh sangat luar biasa, ternyata model pembelajaran dengan menggunakan perangkat IT mampu mendorong keterampilan berpikir peserta didik dari tingkat rendah ke tingkat tinggi. Melalui metode diskusi selama kurang lebih dua minggu, guru (saya) melihat ada kekompakan, ada kerjasama untuk membuat presentasi dan hasil desain efek lebih bagus dari yang guru minta. Jujur saja, hasil keterampilan mereka lebih bagus, ulasan materi juga lebih dalam, bahkan ada peserta didik yang menyertakan video tutorial pembuatan desain mereka saat presentasi. Ini sangat membanggakan, High Order Thingking Skills untuk melakukan analisis, evaluasi, serta mengkreasikan materi pembelajaran di dalam presentasi mereka menjadi nilai plus yang merupakan kesimpulan dari metode pembelajaran dengan menggunakan perangkat TIK dengan metode pembelajaran tidak menggunakan perangkat TIK.
Kesimpulan
Penggunaan media Teknologi Informasi dan Komunikasi juga sangat berperan penting menghantarkan SMA Negeri 13 Medan menjadi Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional dan akan menuju Adiwiyata tingkat Mandiri. Keberhasilan ini didukung oleh penggunaan Media Komunikasi dan Teknologi yang tepat sehingga file fortopolio dapat terkirim dengan baik. Pengalaman saya sebagai Admin yang mengurusi pembuatan fortopolio dengan didukung oleh perangkat TIK mampu mengkomunikasikan keindahan sekolah kami hingga ke tingkat Nasional. Kamera untuk merekam atau mengabadikan suatu momen penanaman pohon, Jum’at bersih, penggunaan perangkat PC untuk pembuatan file-file, hingga pengiriman berkas via E-mail sungguh menjadi nilai plus dari perkembangan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi ini.
Oleh karena itu sangat tidak adil jika pemerintah dalam hal ini, Dinas Pendidikan tidak mengembalikan mata pelajaran TIK menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Sebab, sangat miris ketika murid tidak diajarkan dengan baik bagaimana cara/teknik atau etika dalam menggunakan perangkat TIK dengan baik dan benar. Mengajarkan dasar yang baik adalah tujuan pembelajaran TIK di sekolah. Bagaimana mungkin peserta didik mampu belajar dengan baik, jika tidak ada guru, buku dan materi yang tersusun dengan baik untuk dipraktekkan? Ketika murid tidak belajar komputer lagi, di benak saya muncul sejuta pertanyaan, apa mungkin mereka ini bisa pintar dengan autodidak? Jika pintar, apa jaminannya mereka tidak menyalah gunakan kemahiran mereka ke hal-hal yang negatif? Sedangkan diajarkan aja etika penggunaan perangkat TIK tetap ada yang membuly, bahkan menghina dengan menyebarkan editan foto porno? Di belahan negara-negara tetangga berlomba-lomba memodifikasi dan menerapkan pembelajaran berbasis TIK, kenapa di Negara kita malah di hilangkan? Padahal Negara kita adalah urutan ke tiga di Asia negara pengguna Sosial Media.
Adalah harapan besar saya kepada para pemangku jabatan di Negeri ini, khususnya kepada Bapak Menteri Pendidikan Menengah, Bapak Anies Baswedan untuk merevisi dan mengembalikan mata pelajaran TIK ke asalnya, kami siap diberi tugas dan tanggung jawab yang lebih besar, misalnya harus mengajar Sistem Operasi yang Open Source (bukan Windows), mengajarkan program, misalnya: Visual Basic, membuat E-Learning, Blog, dll, sehingga generasi yang kita dambakan bukan generasi yang gaptek atau yang tau membajak. Semoga....!!!         
 
Contoh hasil kreasi Peserta Didik pada Materi Desain Grafis

Hasil Desain Grafis untuk membuat desain Mangkuk













Oleh : Agus Oloan Naibaho, S. Kom.

Tulisan ini Saya Buat Untuk Mengikuti GURU BLOGGER INSPIRATIF 2014 @indiTIK
Peran Guru dalam Mengentaskan Gaptek, Semoga Bisa...!!!



1 komentar:

  1. Proses belajar mengajar lebih hidup bila sudah mengikutsertakan unsur TIK. Salam kenal u/ para guru blogger inspiratif 2014.

    http://andrigunawanblog.blogspot.com/2014/11/sinergi-tangguh-pemanfaatan-e-library-e.html

    BalasHapus