Jumat, 26 Juni 2015

TOLONG JAHITKAN SEPATUKU



Dibawah pohon mangga depan rumah kutatap langit biru. Diantara awan putih berarak kulihat wajah Melani yang sendu, hidungnya yang mancung dan mata besarnya yang indah mengisyaratkan cinta. Tapi cepat kutepis bayangan itu, kubuang jauh, tak mau  bayangan itu selalu turut serta, tak kuat aku patah hati lagi untuk yang kedua kalinya.Melani…aku sayang kamu, tapi jangan kirim salam lagi buatku. Karena kau pasti pergi dariku, begitu kau tahu aku penjahit sepatu.

Dua tahun lalu aku pernah pacaran, tapi pacarku pergi dariku begitu tahu aku hanya penjahit sepatu. Sejak itu tak mau aku lagi pacaran. Sejak itu, jika cinta datang kepadaku, cepat kusuruh pergi jauh, jangan datang lagi, namun jika dia datang lagi, perlahan kubunuh sampai mati. Maafkan aku Melani….terpaksa kubunuh cintamu, bukan aku tak cinta padamu, tapi tak kuat  menanggung sakit hati  lagi, sakitnya tuh disini, sakitnya masih terasa sampai sekarang.
Sepulang sekolah, seperti biasa, dengan membawa beberapa tapak dan sol sepatu, aku pergi ke pasar kecamatan, membantu Ayah menjahit sepatu. Sejak SMP sampai kelas 3 SMA sekarang ribuan sepatu sudah ku tambal sulam. Sebagai anak tertua, aku merasa terpanggil turut serta meringankan beban Ayah membesarkan ketiga adikku. Sebenarnya pekerjaan itu tidak terlalu sulit, tapi status  anak penjahit sepatu membuatku sedikit malu diantara  sahabat-sahabatku.

***
“Yogi…Melani kirim salam lagi..!” ujar Agus sahabatku
“Sudah kubilang padamu, katakan padanya aku penjahit sepatu…?!”
“Sudah …!,sudah tahu dia.,Tapi dia  tak peduli..!”
“Ah…aku masih trauma..! “
“Melani beda Gi…dia bukan cewek matre”

Kami saling diam, selanjutnya kujelaskan kepada sahabatku bahwa aku juga sayang pada Melani, tapi trauma psikis pengalaman masa lalu membuatku terpaksa menolak cintanya. Sakitnya beda. Kalau pacar kita pergi dengan cowok lain..!, itu mah gampang…!, besok, kita cari aja yang lain..!, tapi…jika dia pergi  karena malu pacaran sama kita!?, kemana kita harus mengadu!?. Apa aku harus berhenti membantu Ayah ? atau, apa harus kusuruh Ayahku mencari pekerjaan lain?!. Maaf…aku rasa, lebih mahal dan berharganya keluargaku dari pada cinta wanita…!.

Penjelasan-ku  membuat temanku Agus takut. Sejak itu tak pernah lagi dia menyampaikan salam buatku, padahal salam darinya kadang membuat hatiku senang bangga tersenyum bahagia. Tapi kini tak ada salam lagi darinya? ada rindu pada hangat tatap mata wanita yang terasa mulai hilang. Perlahan trauma psikis penolakan cinta dariku menyebar di kalangan wanita di sekolahku. Para wanita di sekolahku mulai menjauh dariku, mereka mengatakan aku manusia sombong karena tampan. ”Ah…ehe….”, aku menarik nafas panjang. Bagaimana  mungkin anak tukang sepatu dapat berlaku sombong..!

***

Matahari bersinar terang bergeser ke barat ,langit biru tertutup awan putih  ,angin sore menerpa anak rambut jatuh di kening anak gadis itu. Sudah satu jam dia berdiri disitu, dibawah emperan toko, dibalik tukang perbaiki jam, diantara keramaian. Lama..dari kejauhan di seberang jalan, matanya memperhatikan pemuda yang di kaguminya sedang bekerja  menjahit sepatu. Kadang matanya ikut menari-nari diantara jarum sepatu. Ada cinta tumbuh tinggi di hatinya pada Yogi, teman sekelas-nya .
Sudah berulang salam disampaikannya, tapi tak pernah dihiraukan oleh Yogi. Kabar  yang didapat bahwa pemuda itu patah hati atas cintanya yang pergi karena profesi penjahit sepatu. Tapi dia bukan wanita matre…?, Ingin rasanya dia sampaikan cinta yang jujur ini pada pemuda itu, bahwa cintanya suci murni, tak akan goyang walau badai menerpa, apalagi sekedar penjahit sepatu?. Kembali dia amati Yogi dari kejauhan, jangan ragu akan cintaku Yogi……aku rela hati menemanimu setiap hari menjahit sepatu….!.
Gadis itu mengagumi Yogi bukan karena wajah tampannya, tapi ke besaran hatinya  membantu Ayah menjahit sepatu. Ada rasa kagum-bangga, melihat  anak yang berbakti kepada orang tua. Ada rasa kagum pada Yogi yang tampan dan rajin bekerja. Ada khayalan terbang jauh tinggi ke awan menembus masa depan merajut hari bersama Yogi. Betapa indahnya menyiapkan jarum dan lem sepatu, mencium tangan melepas Yogi berangkat bekerja menjahit sepati..?!.
Tanpa disadari gadis itu, perlahan  kios memperbaiki jam beranjak pulang, tak ada lagi pelindung pandang kepada pemuda itu. Secara bersamaan Pemuda itu juga mengangkat kepala menoleh ke keramaian, melihat sosok gadis cantik di kejauhan. Mereka tertumbu pandang, saling tatap lama juga. Gadis yang tersadar dari lamunan panjang, terkejut mendapati tukang jam tak ada lagi melindunginya. Dengan wajah merah padam gadis itu terkejut tergesa-gesa beranjak pergi.
Pemuda itu tahu sosok gadis itu. Tubuh tingginya yang sedang, wajah sendunya, tatap matanya, tak asing baginya. Itu pasti Melani, teman se-kelasnya yang  kirim salam padanya. Banyak cowok disekolah yang mengharapkan cinta Melani, tapi tak dihiraukan oleh Melani, malah dia kirim kepada-ku?. Mau apa dia kemari? apa yang di carinya? Apakah sudah lama dia melihatku? Kenapa dia pergi?. Apakah benar dia mencintaiku? Maafkan aku Melani..bukan aku tak mencintaimu..tapi takut aku luka tersayat patah hati lagi, tak kuat ku memikul beban cinta ini..?!.
***

Jam istirahat sekolah Yogi agak malasan keluar kelas, rencananya akan ke kantin, tapi  tiba-tiba dia terkejut, persis di pintu kelas tanpa sengaja dia bertabrakan dengan Melani masuk membawa jajanan ”Oh..maaf” ujar Melani pelan tertunduk malu karena cintanya yang tak di terimakan. Yogi diam berlalu keluar. Lucu…sejak melani kirim salam, mereka seperti tak saling kenal, padahal mereka satu kelas!?. Ah….kadang cinta dapat menjauhkan kawan dari kita?.

Sejak Melani kirim salam, mereka  nyaris tak berteguran, seperti  anak kecil yang memboikot pertemanan, padahal mereka duduk pada baris yang sama, hanya berjarak 3 meja. Lucu…jarak yang sebetulnya dekat tak menjadi jaminan persahabatan  bisa menjadi hangat, apalagi jarak yang jauh?. Pernah oleh guru Fisika mereka dibuat satu kelompok, tapi mereka sekedar curi pandang. Kadang selisih jalan-pun tak ada kata sepatahpun keluar dari mulut mereka.
Ketika guru Biologi menyuruh anak yang duduk disamping Yogi menjawab pertanyaan, mata Melani melihat kebelakang, bertubrukan dengan mata Yogi. Kepala Melani sangat takut menoleh ke belakang, karena perasaan-nya Yogi selalu memperhatikan, demikian  juga Yogi. Ah…kadang mereka grogi sendiri, ada perasaan selalu ingin diperhatikan.
Mereka memang jarang bertegur sapa, tapi hati mereka selalu bicara. Yogi seakan tahu persis  apa yang sedang dikerjakan  Melani. Sebaliknya, Melani juga tahu apa yang sedang diperbuat Yogi  di debelakangnya. Yang paling dahsyat lagi, saat guru meng-absen siswa, ketika nama Yogi dipanggil guru maka spontan jantung Melani berdebar kencang. Begitu juga sebaliknya, ketika nama Melani dipanggil guru, maka ada jarum menusuk tajam di dada Yogi.
 Ya..mereka saling cinta, saling memikirkan orang yang di cintainya. Hampir tak pernah hati mereka berhenti melihat orang yang mereka cintai, bukan sekedar melihat dengan mata kepala, bahkan mata hati mereka mampu menembus  dinding, menembus batas. Bayangkan ..!?, ketika Melani main di kelas sebelah, tapi  Melani  tahu, apa yang di lakukan Yogi di kelas mereka?, sedang ngapain dia? bagaimana gerakan tangannya?, siapa kawannya bicara?. Semua tentang Yogi dapat dilihatnya dengan mata hati cinta.
***
Siang agak panas, matahari bersinar terang diantara awan putih menutupi langit biru. Sepulang sekolah Yogi disuruh Ibu membeli bahan penjahit yang sudah habis, ke kota besar, rencananya langsung membawa bahan dan membantu Ayah di kota kecamatan. Setelah membayar ongkos angkot, ketika akan menyeberang jalan menuju toko, langkahnya terhenti. Diseberang jalan dia melihat anak gadis dengan seragam sekolah sedang menimbang cabai buat pembeli  di kaki lima pinggir jalan. Oh..Melani..?!
Lama dia tatap gadis itu dari balik tukang es cendol pinggir jalan. Dia melihat  Melani  agak sibuk melayani pembeli. Ou…dia jualan  di kaki lima?. Oh …Melani …nasib kita tak jauh beda, anak yang membantu orang tua? Kau tak sempat lagi bertukar baju? Mungkin kau sangat lelah? Maafkan aku Melani.. berburuk sangka padamu? Penampilan-mu tak mengisyaratkan kehidupan yang sederhana? Yogi menyesali perasaan berburuk sangka kepada Melani, kemudian dia berjalan bersembunyi takut terlihat oleh Melani.
Tanpa sengaja Yogi melihat kehidupan Melani  yang sebenarnya, ada rasa menyesal tidak menerima cinta Melani yang jujur dan suci. Sudah hampir tiga bulan rindu itu tak dirangkaikan karena rasa rendah diri yang dalam, padahal Melani juga gadis yang sederhana, sama seperti dirinya?. Ya…cinta yang dibunuh perlahan, kini akan dihidupkan  kembali, di siram dan di rawat agar tumbuh kembang dan rindang. Ya…besok sepulang sekolah akan ku  sambut  cinta yang kau sampaikan, ku rangkaikan terikat kuat, tak mau kulepaskan lagi.
***
Malam semakin dingin, angin sepoi mengusik daun mangga. Cahaya bulan purnama bersinar terang  dihiasi bintang  bertaburan indah. Diantara langit biru kulihat bayangan Melani menatap tajam penuh harapan akan cinta yang tak jadi ku sampaikan tadi siang, karena dia tidak datang ke sekolah. Kabar yang kudapat Melani dirawat di rumah  sakit. Ada iba dan rasa kasihan melihat cinta itu layu sebelum berkembang. Bagaimana sakitmu Melani? Apakah penyakitmu tak membahayakan? Semoga cepat sembuh Melani…?!
Berbagai tanya datang bergantian berlompatan antara kasihan, sayang, rindu dan cinta  bergelut jadi satu. Sudah tiga hari Melani tak datang kesekolah. Selama itu Yogi merasa kehilangan, ada rindu datang, mengusik hatinya, jiwanya. Kemarin temanya dan guru wali kelas datang menjenguk Melani, tapi Yogi tak ikut. Dia ingin datang sendirian, tak mau terganggu, karena dia akan membawa cinta yang hangat buat di persembahkan untuk Melani. Ya…sepulang sekolah besok, dia akan kerumah sakit .
***
Sore yang indah matahari mulai bergeser sedikit ke barat, ada awan gelap menyelimuti langit biru di sebelah timur, mungkin disana akan turun hujan. Aku  bergegas berjalan tergesa-gesa menuju  ruang cempaka kamar 46, kubawakan seikat kembang dan buah-buahan. Kubuka pintu kamar 46 perlahan, Ku lihat Melani terkejut melihat  siapa yang datang?. Disambutnya kembang yang kuserahkan dengan tatap mata rindu yang dalam. Perlahan kujabat telapak tangan-nya erat, buat  memeriksa panas badannya.
“Maaf…terlambat datang..”
“Eeh..”
“Terimakasih , atas salam-nya”
“Terimakasih juga, atas kunjungannya.”
“Cepat sembuh ya….agar bisa jualan lagi…”
“Nanti ..jika sembuh…tolong jahitkan sepatuku....?!”
“Tak ada kamu di kelas… aku kehilangan..”
“Setelah kamu datang… aku akan sembuh..” 
“Jangan sakit lagi…sayang…..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar